Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Strategi Pembentukan Karakter Santri Melalui Pembiasaan Perilaku Terpuji Pada Era Modern 5.0 (Studi di PP As-Sa’idah Babusalam) Maslahah, Hanum Mir'atul; Kaminah, Lilik Iski; Muttaqin, Muhammad Imamul
Ta lim Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Manajemen Pendidikan Islam Vol. 3 No. 2 (2024): Talim: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Manajemen Pendidikan Islam
Publisher : Prodi Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59098/talim.v3i2.1828

Abstract

Akhlak memiliki peran yang penting dalam membentuk karakter seseorang. Ketika nilai nilai akhlak sudah tertanam dalam jiwa seseorang, maka akan berdampak besar bagi dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar. Artikel ini dibuat dengan tujuan untuk mengeksplorasi dan memahami proses pembentukan akhlak dan karakter santri di Pondok Pesantren As-Saidah Babusalam. Dalam artikel ini, dibahas model pembiasaan di dalam Pondok Pesantren As-Saidah Babusalam dalam membentuk karakter santri. Peneliti memfokuskan bahasan pembentukan karakter terpuji santri melalui perilaku Khusnudzon, Raja’ dan Taubat. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Hasilnya Proses pembentukan akhlak dan karakter santri di Pondok Pesantren As-Saidah Babusalam melalui penerapan perilaku perilaku raja’, khusnuzon dan taubat. Secara keseluruhan, penerapan perilaku "raja'", khusnuzon, dan taubat di kalangan santri memerlukan pendekatan yang terfokus dan berkelanjutan. Penentuan adanya santri teladan dilihat dari berbagai aspek yang ada pada diri santri, diantaranya nilai akademik madrasaha diniyah, penilaian akhlakul karimahnya, dan cara santri tersebut beradaptasi dengan sesama santri dan pengurus, serta dilihat dari hubungan santri dengan orang tuanya. Selain itu, perubahan dalam perilaku santri yang terkait dengan pembatasan penggunaan gadget juga menjadi perhatian, terutama dalam hal penampilan dan interaksi social
TAQLID, ITTIBA’, TALFIQ, DAN IJTIHAD DALAM PENGAMBILAN HUKUM ISLAM: Studi Kasus Penetapan Awal Ramadhan di Indonesia Ardyansyah, Muhammad Fayiz; Al Fikri, Moh Fatih; Kaminah, Lilik Iski; Muttaqin, M Imamul
Muta'allim: Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol 4 No 1 (2025): Muta'allim: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Publisher : Muta'allim: Jurnal Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/mjpai.v4i1.11204

Abstract

This research aims to explore more deeply the function of taqlid, ittiba', talfiq, and ijtihad in the adoption of Islamic law with a focus on a case study of determining the start of Ramadan in Indonesia. Taqlid, ittiba', talfiq, and ijtihad are both methods used in taking legal action against a new event or problem that arises in society and requires a solution to the problem. Of course, the three things above are a person's choice to carry out legal istinbath. However, among these three things, there are those that are good and appropriate to use and there are those that should not be used. This research shows that the combination of these four approaches influences decisions about the start of Ramadan in Indonesia, where a deep understanding of each method can help Muslims in observing fasting appropriately. Therefore, this research uses a qualitative approach with case studies and literature analysis to find out the position and function of taqlid, ittiba', talfiq, and ijtihad in determining the start of Ramadan. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam fungsi taqlid, ittiba’, talfiq, dan ijtihad dalam pengambilan hukum Islam dengan fokus pada studi kasus penetapan awal Ramadhan di Indonesia. Taqlid, ittiba’, talfiq, dan ijtihad sama-sama merupakan metode yang digunakan dalam mengambil hukum terhadap suatu peristiwa atau masalah baru yang muncul di masyarakat dan memerlukan solusi dari masalah tersebut. Tentu ketiga hal di atas menjadi pilihan sesorang untuk melakukan istinbath hukum. Namun di antara ketiga hal tersebut ada yang baik dan tepat digunakan serta ada yang sebaiknya tidak digunakan. Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi dari empat pendekatan ini mempengaruhi keputusan tentang awal Ramadan di Indonesia, di mana pemahaman yang mendalam tentang setiap metode dapat membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa dengan tepat. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus dan analisis literatur untuk mengetahui bagaimana posisi dan fungsi dari taqlid, ittiba’, talfiq, dan ijtihad dalam penentuan awal Ramadhan.
RELEVANSI KONSEP HIJAB DALAM PEMIKIRAN SYAIKH ALI ASH-SHOBUNI DI ERA KONTEMPORER Mukorobin, Diya'ul; Kaminah, Lilik Iski
Muta'allim: Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol 4 No 2 (2025): Muta'allim: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Publisher : Muta'allim: Jurnal Pendidikan Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/mjpai.v4i2.12845

Abstract

The relevance of the concept of hijab in Sheikh Ali Ash-Shobuni's thought in the contemporary era reflects the dynamics between religious obligations and the evolving social context. In his work, "Tafsir Ayat al-Ahkam," Sheikh Ash-Shobuni emphasizes that hijab is not merely a covering but also a symbol of honor and identity for Muslim women. Although his approach is systematic and analytical, criticism arises regarding the flexibility of interpretation, which is seen as less responsive to issues of feminism and freedom of expression. In the era of globalization, hijab has transformed into a part of cultural identity and fashion, creating challenges for Muslim women in balancing religious obligations and social norms. This study aims to explore the relevance of Sheikh Ash-Shobuni's thought in understanding hijab as a tool for empowerment and identity, as well as providing guidance for Muslim women in facing social pressures that may conflict with their religious teachings. Thus, Sheikh Ali Ash-Shobuni's thought can significantly contribute to understanding hijab in a modern context.AbstrakRelevansi konsep hijab dalam pemikiran Syaikh Ali Ash-Shobuni di era kontemporer mencerminkan dinamika antara kewajiban agama dan konteks sosial yang terus berkembang. Dalam karyanya, "Tafsir Ayat al-Ahkam," Syaikh Ash-Shobuni menekankan bahwa hijab bukan hanya sekadar penutup, tetapi juga simbol kehormatan dan identitas perempuan Muslim. Meskipun pendekatannya sistematis dan analitis, kritik muncul terkait fleksibilitas interpretasi yang dianggap kurang responsif terhadap isu-isu feminisme dan kebebasan berekspresi. Di era globalisasi, hijab telah bertransformasi menjadi bagian dari identitas budaya dan mode, menciptakan tantangan bagi perempuan Muslim dalam menyeimbangkan kewajiban religius dan norma sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi relevansi pemikiran Syaikh Ash-Shobuni dalam memahami hijab sebagai alat pemberdayaan dan identitas, serta memberikan panduan bagi perempuan Muslim dalam menghadapi tekanan sosial yang mungkin bertentangan dengan ajaran agama mereka. Dengan demikian, pemikiran Syaikh Ali Ash-Shobuni dapat memberikan kontribusi signifikan dalam memahami hijab di konteks modern.