Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF MENGGUNAKAN REAKTOR GASIFIKASI DOWNDRAFT Hasan Harun, Ervan; Ilham, Jumiati; Djafar, Romi; Djamalu, Yunita
Journal Of Renewable Energy Engineering Vol. 2 No. 2 (2024): Journal Of Renewable Energy Engineering (Oktober)
Publisher : Program Vokasi-Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56190/jree.v2i2.43

Abstract

Organic waste from coconut shells, corn cobs, candlenut shells, and lamtoro wood is often found in the Gorontalo region. The gasification of organic waste has the potential to reduce organic waste and produce gas for various applications, including heating, power generation, and industrial raw materials. The research aims to determine the gas composition of the downdraft gasification process from organic waste from coconut shells, candlenut shells, corn cobs, and lamtoro wood, to determine the rate of fuel consumption, and to determine the calorific value. The method used is an experimental method. Test results using a downdraft gasifier reactor with 5 kg of fuel. The average H2 value obtained from the test results for coconut shells was 12.46%, candlenut shells 13.01%, corn cobs 9.3%, and lamtoro wood 15.95%, the highest H2 value from several of these samples was obtained from lamtoro wood with the highest percentage was 15.95%, the average O2 value obtained was coconut shell 8.86%, candlenut shell 6.37%, corn cob 2.61%, lamtoro wood 5.22%, the average CH4 value was shell coconut 7.88%, candlenut shell 4.05%, corn cob 8.03%, lamtoro wood 7.32%, average CO value for coconut shell 0.56%, candlenut shell 0.05%, corn cob 10 .71%, lamtoro wood 0.05% while the average N2 value obtained was 70.21% coconut shell, 76.49% candlenut shell, 69.25% corn cob, and 71.44% lamtoro wood. The findings compare four organic wastes as alternative energy using a downdraft gasification reactor. The conclusion from this research is that the best gas composition is from corncob organic waste with H₂, CH₄, and CO of 28.05%, the longest burning rate on corncob samples is 23.11 grams/minute and the highest calorific value test is on lamtoro wood samples with results reaching 4,340 cal/gram.
Utilization of Organic Waste for Alternative Energy: Socialization and Education in Community Service Programs Hasan Harun, Ervan; Lihawa, Fitryane
ELDIMAS: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 2 No 2 (2024): November 2024 - April 2025
Publisher : Electrical Engineering Department Faculty of Engineering State University of Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/ejppm.v2i2.19

Abstract

Pengelolaan sampah, khususnya sampah organik, menjadi tantangan serius di Indonesia, dengan sekitar 60-70% dari total sampah rumah tangga terdiri dari limbah organik. Pemanfaatan sampah organik sebagai sumber energi alternatif, melalui teknologi seperti biogas dan biodiesel, dapat mengurangi volume sampah dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan di Desa Suka Damai bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah organik dan penerapan teknologi sederhana seperti biodigester. Melalui workshop, demonstrasi, dan diskusi, peserta diajarkan cara mengolah sampah organik menjadi biogas. Evaluasi menunjukkan peningkatan pemahaman peserta dari 9% menjadi 92% setelah mengikuti kegiatan sosialisasi. Program ini diharapkan tidak hanya mengurangi dampak negatif lingkungan, tetapi juga meningkatkan kemandirian energi di tingkat lokal, serta memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara melimpah, yaitu sampah organik. Waste management, especially organic waste, is a serious challenge in Indonesia, with around 60-70% of total household waste made up of organic waste. The use of organic waste as an alternative energy source, through technologies such as biogas and biodiesel, can reduce the volume of waste and dependence on fossil fuels. The socialization activities carried out in Suka Damai Village aim to increase public awareness about organic waste management and the application of simple technologies such as biodigesters. Through workshops, demonstrations, and discussions, participants were taught how to process organic waste into biogas. The evaluation showed an increase in participants' understanding from 9% to 92% after participating in socialization activities. This program is expected not only to reduce negative environmental impacts, but also to increase energy independence at the local level, as well as to utilize the abundant resources available, namely organic waste.
PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA ROOFTOP MENGGUNAKAN SAM GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Ishak, Nasrun; Ilham, Jumiati; Hasan Harun, Ervan
ELECTRA : Electrical Engineering Articles Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : UNIVERSITAS PGRI MADIUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masalah kelistrikan di Indonesia yaitu kebutuhan listrik meningkat lebih pesat dibandingkan pemenuhan pasokan listrik. Kebijakan Energi Nasional (KEN) menargetkan bahwa rasio elektrifikasi mendekati 100% pada tahun 2025. Dalam Grand Strategi Energi Nasional, telah dipetakan rencana penambahan kapasitas EBT sebesar 38 Giga Watt (GW) sampai dengan 2035. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah memprioritaskan pengembangan energi surya karena biaya investasi yang rendah dan waktu pelaksanaan yang singkat. Wilayah Gorontalo yang berada di dekat garis khatulistiwa memiliki suhu udara 23,30-33,40 kondisi ini memungkinkan energi terbarukan yang bersumber dari tenaga surya dapat dilaksanakan di provinsi Gorontalo. Penelitian membutuhkan data seperti luas area atap, potensi radiasi lokasi, kemiringan dan orientasi. Hasil simulasi menunjukkan energi AC tahunan pada tahun pertama adalah 335,844 kWh, atap bagian selatan 420m2 menampung modul surya sebanyak 136, atap bagian utara 323,8m2 menampung 100 modul surya, untuk atap bagian barat 592,9m2 menampung 244 modul surya. Modul surya berkapasitas 400wp berjumlah 480 dan membutuhkan 4 inverter yang berkapasitas 40 kWac dengan kapasitas yang dapat dihasilkan PLTS sebesar 192,4 kWp. Setelah memasang PLTS konsumsi energi listrik gedung Fakultas Teknik dapat menghemat penggunaan energi listrik menjadi 585193 kWh/tahun atau 1603,26 kWh/hari. Indonesia's electricity problem is that electricity needs increase faster than electricity supply fulfillment. The National Energy Policy (KEN) targets that the electrification ratio is close to 100% by 2025. In the National Energy Strategy Grand, there has been a plan to add an EBT capacity of 38 Giga Watt (GW) until 2035. To achieve this target, the government prioritizes the development of solar energy due to low investment costs and short implementation time. The Gorontalo region near the equator has an air temperature of 23.30-33.40 allowing renewable energy sourced from solar power to be carried out in Gorontalo province. Research requires data such as roof area, site radiation potential, tilt and orientation. Simulation results show the annual AC energy in the first year was 335.844 kWh, the southern roof 420m2 accommodating 136, the northern roof 323.8m2 accommodating 100 solar modules, for the western roof 592.9m2 accommodating 244 solar modules. The 400wp solar module has a capacity of 480 and requires 4 inverters with a 40 kWac capacity with a PLTS-generating capacity of 192.4 kWp. The Faculty of Engineering building can save electric energy use to 585193 kWh/year or 1603.26 kWh/day after installing PLTS.
PENYULUHAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BIOGAS SEBAGAI SALAH SATU SUMBER ENERGI ALTERNATIF Hasan Harun, Ervan; Lihawa, Fitryane; K. Laya, Nibras
Jurnal Abdimas Terapan Vol. 3 No. 2 (2024): JURNAL ABDIMAS TERAPAN (MEI)
Publisher : Program Vokasi Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56190/jat.v3i2.48

Abstract

Desa Rumbia di Kecamatan Botumoito, Kabupaten Boalemo, merupakan sebuah Desa Swadaya yang memiliki potensi alam cukup signifikan dalam bidang pengelolaan sumber air bersih. Selain itu, Desa Rumbia juga berpotensi menjadi pusat peternakan terbesar di wilayah tersebut. Namun, fasilitas pengelolaan sampah di desa tersebut masih kurang baik karena tidak memiliki Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Hal ini menjadi salah satu persoalan serius yang dihadapi oleh masyarakat Desa Rumbia. Oleh karena itu, masyarakat Desa Rumbia perlu memiliki aternatif pengelolaan sampah supaya lingkungan tetap terjaga. Berangkat dari masalah ini, tim pengabdian melakukan penyuluhan tentang pemanfaatan sampah organik menjadi biogas. Upaya ini dapat menjadi bentuk pengoptimalan sumber energi alternatif guna mengatasi persoalan sampah di Desa Rumbia. Tujuan pengabdian ini adalah memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang teknologi biogas dan pemanfaatan sampah organik sebagai bahan baku reaktor biogas. Metode pengabdian berupa penyuluhan melalui pendekatan ceramah agar masyarakat lebih paham cara mengolah sampah dengan mengubah sampah organik menjadi biogas. Untuk mengevaluasi efektivitas kegiatan, dilakukan uji pra dan pasca penyuluhan. Evaluasi hasil uji pra dan pasca dilakukan dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil evaluasi, pelaksanaan penyuluhan teknologi biogas di Desa Rumbia telah sukses dilakukan. Hal ini terbukti dari hasil post-tes yang menunjukkan peningkatan pengetahuan peserta mengenai reaktor biogas dari sebelumnya 4% menjadi 90,67%.
Pengembangan Sistem Informasi Desa Bendungan sebagai Desa Digital Ilham, Jumiati; Hasan Harun, Ervan; Yunus Dako, Amirudin; Tamu, Yowan
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 5 No. 2 (2024): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Lembaga Dongan Dosen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v5i2.3019

Abstract

Desa Bendungan adalah desa yang terletak di Kecamatan Mananggu dengan luas wilayah sebesar 89,84 km2, menjadikannya desa terluas di kecamatan tersebut. Observasi awal mendapati bahwa desa ini masih minim infrastruktur pengelolaan informasi, baik ke dalam maupun ke luar desa, walaupun desa ini memiliki akses internet yang cukup memadai. Pelaksanaan kegiatan KKN-MBKM ini bertujuan untuk mengembangkan sistem informasi desa sebagai Desa Digital dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi lokal di desa Bendungan kecamatan Mananggu kabupaten Boalemo provinsi Gorontalo. Pengembangan sistem informasi dilakukan melalui penerapan metode Research and Development (RnD) dalam rekayasa perangkat lunak yang disesuaikan dengan pemenuhan kebutuhan dan solusi atas masalah yang ada. Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan yang dilakukan melalui kuesioner kepuasan layanan desa sebelum dan setelah adanya sistem informasi desa, terjadi peningkatan tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan desa, yakni tingkat kepuasan layanan desa dari 8% menjadi 45%, tingkat kemudahan akses layanan dari 3% menjadi 95%, dan tingkat kemudahan akses informasi dari 3% menjadi 98%.