Etnomedisin berperan besar dalam proses pengembangan obat baru. Daun salam (Syzygium polyanthum) dimanfaatkan secara empiris oleh masyarakat Indonesia sebagai obat tradisonal. Akan tetapi, penggunaan dan pembuktian efek daun salam sebagai obat tradisional belum banyak didokumentasikan. Tujuan dari literatur ialah untuk mendokumentasikan pemanfaatan daun salam secara empiris sebagai obat tradisional beserta pembuktiannya secara farmakologis. Sebanyak sembilan artikel menunjukkan penggunaan daun salam sebagai obat alternatif di berbagai daerah Indonesia. Narrative review adalah metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini dengan Google Scholar, Research Gate, dan PubMed sebagai database dengan batasan publikasi mulai 2015 - 2023. Pemberian ekstrak daun salam 400 mg/kgBB dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik mencit secara bermakna. Daun salam juga dimanfaat sebagai obat antihiperkolesterol oleh masyarakat Maluku Tenggara dan Jawa Barat. Pemberian ektrak etanol daun salam 756mg/kgBB dan fraksi n-heksana 200 mg/KgBB memberikan efek yang lebih besar dibanding simvastatin. Selain itu, daun salam dimanfaatkan sebagai obat antidiabetes oleh masyarakat Jawa Barat. Pemberian kombinasi ekstrak daun salam 250 mg/KgBB dan glibenklamid dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit. Adapun oleh masyarakat Jambi, daun salam digunakan sebagai obat antidiare. Pemberian ekstrak etanol daun salam 800 mg/kgBB terbukti memiliki aktivitas antidiare. Berdasarkan hasil yang didapatkan, daun salam telah digunakan secara empiris sebagai obat antihipertensi, antihiperkolesterol, antidiabetes, dan antidiare di berbagai daerah di Indonesia.