In Sufi literature theory, a wali (saint) generally tends to conceal and hide their spiritual status, as it is considered a trust from Allah SWT that must be safeguarded. However, in recent decades, some individuals have claimed to be walis or even the Imam Mahdi. This phenomenon also occurred during the time of Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari, prompting him to respond in his work "al-Durar al-Muntaṣirah." Interestingly, Hadratussyaikh's response is not solely based on the opinions of scholars but also argues with hadith that serve as primary sources of tarekat teachings, which were rarely employed during that time. This research aims to formulate the patterns of hadith usage found in the book and to outline the moderate concepts in practicing tarekat from Hadratussyaikh's perspective. The study uses a qualitative approach through a literature review, focusing on descriptive-analytic data analysis of the hadith and thoughts contained in "al-Durar al-Muntaṣirah." In this article, the researchers found that there are two hadith included in the book. One hadith is used by Hadratussyaikh to provide background for the discussion, while the other supports the detailed explanations he provides. From this, the researchers conclude that what Hadratussyaikh presented begins and ends with hadith evidence (nash). Dalam teori literatur Sufi, seorang wali umumnya cenderung menyembunyikan dan menyimpan status spiritual mereka, karena dianggap sebagai amanah dari Allah SWT yang harus dijaga. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, beberapa individu mengklaim sebagai wali atau bahkan Imam Mahdi. Fenomena ini juga terjadi pada masa Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari dan menarik beliau untuk memberikan respon yang tertuang dalam karyanya al-Durar al-Muntaṣirah. Menariknya, respon yang dilakukan Hadratussyaikh tidak sebatas berlandas pendapat ulama saja, namun juga berhujjah dengan hadis yang menjadi sumber primer daripada ajaran tarekat yang jarang dipakai pada zaman tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan pola penggunaan hadith yang ditemukan dalam buku tersebut dan merumuskan konsep moderat dalam bertarekat dari pemikirannya Hadratussyaikh dari karyanya tersebut. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui tinjauan literatur, dengan fokus pada analisis data deskriptif-analitik terhadap hadits dan pemikiran yang terkandung dalam al-Durar al-Muntasirah. Dalam artikel ini, peneliti menemukan bahwa terdapat dua hadits yang termasuk dalam buku tersebut. Satu hadith digunakan oleh Hadratussyaikh untuk memberikan latar belakang pembahasan, sementara hadith lainnya mendukung penjelasan detail yang ia berikan. Dari sini, para peneliti menyimpulkan bahwa apa yang disampaikan Hadratussyaikh dimulai dan diakhiri dengan bukti hadis (nash).Kata kunci: Hasyim Asy’ari; Moderat dalam Bertarekat; Hadis; al-Durar al-Muntaṣirah.