Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Diabetes Melitus Terhadap Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru Lestari, Nining; Yaasiin, Putri Isa Maharani
CoMPHI Journal: Community Medicine and Public Health of Indonesia Journal Vol. 5 No. 2 (2024): Oktober
Publisher : Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37148/comphijournal.v5i2.255

Abstract

Penyakit tuberkulosis paru di Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia setelah India dan Cina dengan angka morbiditas dan mortalitas yang meningkat tiap tahunnya. Pengendalian tuberculosis paru di Indonesia masih mengalami kendala karena deteksi dini yang belum optimal dan cakupan pengobatan tuberculosis yang masih di bawah target pemerintah. Faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesembuhan tuberculosis paru yaitu jenis kelamin, usia, status gizi, kepatuhan minum obat, kebiasaan merokok, kepatuhan berobat, dan faktor komorbid seperti obesitas, dan diabetes Mellitus. Status gizi dan diabetes mellitus menjadi faktor yang penting dalam kesembuhan pasien tuberculosis. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan indeks massa tubuh(IMT) dan diabetes melitus(DM) dengan kesembuhan pasien tuberkulosis paru. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif observasional analitik, dengan pendekatan case-control. Pengambilan sampel menggunakan metode fixed disease sampling dari data rekam medis penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Mojolaban pada kurun waktu 2019-2023. Analisis data mengunakan uji chi square dengan SPSS 25. Besar sampel yang digunakan sebanyak 68 subyek, terdiri dari 17 subyek sebagai kasus (pasien tuberculosis yang tidak sembuh)  dan 51 subyek sebagai kontrol (pasien tuberculosis yang sembuh termasuk pasien gagal, dan meninggal. Hasil chi square IMT dengan kesembuhan tuberculosis didapatkan OR=3,776, (p= 0,04 dengan 95% CI =1,201–11,865) sedangkan DM dengan kesembuhan tuberculosis paru didapatkan OR= 1,442 (p=0,759 dengan CI 95 %= 0,448-4,462). Kesimpulan: IMT secara signifikan berhubungan dengan kesembuhan tuberculosis paru, sedangkan DM tidak berhubungan dengan kesembuhan tuberkulosis paru. Pasien tuberculosis paru dengan IMT tidak normal berpeluang 3,7 kali tidak sembuh dibanding dengan IMT normal.  
Early Diagnosis and Successful Treatment of Falciparum Malaria Yaasiin, Putri Isa Maharani; Mahmudah, Iin Novita Nurhidayati
Proceeding ISETH (International Summit on Science, Technology, and Humanity) 2024: Proceeding ISETH (International Summit on Science, Technology, and Humanity)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/iseth.5533

Abstract

Purpose: Malaria remains a major global health challenge, especially in tropical and subtropical regions such as Indonesia. Plasmodium falciparum, the most dangerous species, is associated with severe complications. This report highlights the importance of early detection, appropriate treatment, and increased public awareness in reducing malaria's impact. Methodology: This case involves a 34-year-old male patient who presented with high fever, weakness, muscle pain, and nausea for two months. The patient had a history of residing in Papua, a malaria-endemic area, and had been treated previously only with fever medication. Laboratory tests confirmed Plasmodium falciparum infection. The patient received antimalarial therapy and supportive care at PKU Muhammadiyah Surakarta Hospital. Results: Following treatment, the patient's condition improved within 24 days. The laboratory findings confirmed the presence of Plasmodium falciparum malaria, and the administration of the appropriate therapy led to recovery. Applications/Originality/Value: This case emphasizes the critical need for early detection and timely intervention in malaria treatment, particularly in endemic regions. It also highlights the significance of public health measures aimed at preventing the spread of malaria and increasing awareness of its symptoms and available treatments. Prompt and effective treatment can significantly reduce the severity and prevent complications of malaria, making early intervention key to managing this disease effectively.