Asy-Syamil, Sholahuddin
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERBANDINGAN PERSENJATAAN DALAM KONFLIK KEMERDEKAAN INDONESIA: ANALISIS TAHUN 1945-1949 ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN BELANDA Wiguna, Denda; Marsono, Marsono; Asmoro, Novky; Asy-Syamil, Sholahuddin
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 11, No 9 (2024): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v11i9.2024.3844-3857

Abstract

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 menandai dimulainya periode turbulen dalam sejarah bangsa Indonesia, di mana perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan melibatkan konflik bersenjata yang intens antara Republik Indonesia dan Belanda yang berusaha mengembalikan kekuasaan kolonialnya. Selama periode 1945-1949, perang gerilya menjadi strategi utama Indonesia untuk menghadapi superioritas militer Belanda, dengan pemikiran Jenderal Sudirman dan teori "Perang Rakyat Semesta" Jenderal A.H. Nasution memainkan peran penting dalam merumuskan taktik yang melibatkan serangan hit-and-run, pemanfaatan medan lokal, dan dukungan masyarakat sipil. Di Yogyakarta, perlawanan ini sangat menonjol, terutama setelah Agresi Militer Belanda II pada Desember 1948. Serangan Umum 1 Maret 1949, yang dipimpin oleh Letkol Soeharto, merupakan contoh nyata keberhasilan taktik gerilya yang tidak hanya memberikan dorongan moral bagi pasukan Indonesia tetapi juga meningkatkan posisi tawar Indonesia di tingkat internasional. Konflik ini juga melibatkan diplomasi yang signifikan, dengan upaya internasional yang pada akhirnya memaksa Belanda untuk kembali ke meja perundingan dan mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949. Studi ini mengadopsi metode kualitatif melalui analisis literatur dan wawancara dengan sejarawan serta ahli militer untuk mengeksplorasi penggunaan perang gerilya dalam konteks teknologi persenjataan dan keterbatasan sumber daya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun menghadapi kekuatan militer Belanda yang lebih besar, strategi perang gerilya Indonesia berhasil memaksimalkan sumber daya yang ada dan memperkuat posisi diplomatik Indonesia, mencerminkan perjuangan ideologi dan pembentukan identitas nasional yang mendalam.
PERANG GERILYA DI INDONESIA: MENGHADAPI KEKUATAN SUPERIOR DENGAN TEKNOLOGI PERTAHANAN DAN INOVASI PERSENJATAAN Asy-Syamil, Sholahuddin; Asmoro, Novky; Marsono, Marsono
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 11, No 8 (2024): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v11i8.2024.3241-3250

Abstract

Perang gerilya merupakan strategi militer yang diadopsi oleh kelompok-kelompok dengan sumber daya terbatas untuk melawan pasukan yang lebih kuat. Di Indonesia, perang gerilya memegang peranan krusial dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda dan mencapai kemerdekaan. Artikel ini mendalami sejarah dan evolusi perang gerilya di Indonesia, mulai dari era perlawanan terhadap penjajahan hingga era modern, dengan penekanan khusus pada inovasi teknologi persenjataan yang digunakan. Dengan mengkaji taktik, strategi, organisasi, dan teknologi persenjataan yang digunakan oleh pejuang gerilya Indonesia, artikel ini mengungkapkan bagaimana perang gerilya tidak hanya menjadi alat militer tetapi juga simbol perlawanan nasional. Lebih lanjut, artikel ini menganalisis dampak sosial, politik, dan ekonomi dari perang gerilya, serta perannya dalam membentuk identitas nasional Indonesia. Melalui pendekatan historis dan analisis kritis, artikel ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya perang gerilya dan inovasi teknologi persenjataannya dalam konteks sejarah dan masa kini Indonesia.
PERBANDINGAN PERSENJATAAN DALAM KONFLIK KEMERDEKAAN INDONESIA: ANALISIS TAHUN 1945-1949 ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN BELANDA Wiguna, Denda; Marsono, Marsono; Asmoro, Novky; Asy-Syamil, Sholahuddin
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 11, No 9 (2024): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v11i9.2024.3844-3857

Abstract

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 menandai dimulainya periode turbulen dalam sejarah bangsa Indonesia, di mana perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan melibatkan konflik bersenjata yang intens antara Republik Indonesia dan Belanda yang berusaha mengembalikan kekuasaan kolonialnya. Selama periode 1945-1949, perang gerilya menjadi strategi utama Indonesia untuk menghadapi superioritas militer Belanda, dengan pemikiran Jenderal Sudirman dan teori "Perang Rakyat Semesta" Jenderal A.H. Nasution memainkan peran penting dalam merumuskan taktik yang melibatkan serangan hit-and-run, pemanfaatan medan lokal, dan dukungan masyarakat sipil. Di Yogyakarta, perlawanan ini sangat menonjol, terutama setelah Agresi Militer Belanda II pada Desember 1948. Serangan Umum 1 Maret 1949, yang dipimpin oleh Letkol Soeharto, merupakan contoh nyata keberhasilan taktik gerilya yang tidak hanya memberikan dorongan moral bagi pasukan Indonesia tetapi juga meningkatkan posisi tawar Indonesia di tingkat internasional. Konflik ini juga melibatkan diplomasi yang signifikan, dengan upaya internasional yang pada akhirnya memaksa Belanda untuk kembali ke meja perundingan dan mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949. Studi ini mengadopsi metode kualitatif melalui analisis literatur dan wawancara dengan sejarawan serta ahli militer untuk mengeksplorasi penggunaan perang gerilya dalam konteks teknologi persenjataan dan keterbatasan sumber daya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun menghadapi kekuatan militer Belanda yang lebih besar, strategi perang gerilya Indonesia berhasil memaksimalkan sumber daya yang ada dan memperkuat posisi diplomatik Indonesia, mencerminkan perjuangan ideologi dan pembentukan identitas nasional yang mendalam.