Penelitian ini menggunakan desain potong lintang untuk mengevaluasi faktor-faktor risiko yang terkait dengan skabies kucing di sebuah klinik hewan di Pekanbaru. Sebanyak 1.168 kucing diikutsertakan, dan faktor risiko yang diteliti meliputi jenis bulu, tempat tinggal, populasi, status pemberian obat cacing, dan status vaksinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis bulu (bulu panjang vs. bulu pendek) bukan merupakan faktor risiko yang signifikan secara statistik untuk skabies kucing. Namun, kucing berbulu panjang memiliki peluang 1,08 kali lebih besar untuk terkena skabies dibandingkan dengan kucing berbulu pendek (OR: 1,08, 95% CI: 0,68-1,69). Kucing yang tinggal di luar rumah secara signifikan lebih mungkin menderita skabies dibandingkan dengan kucing yang tinggal di dalam rumah, dengan rasio odds (OR) 5,24 (95% CI: 2,74-10). Selain itu, kepadatan populasi yang tinggi merupakan faktor risiko yang signifikan, di mana kucing yang hidup berkelompok memiliki peluang 16,93 kali lebih besar untuk terkena skabies dibandingkan kucing yang hidup sendirian (OR: 16,93 95% CI: 6,81-42,21). Status pemberian obat cacing tidak terbukti sebagai faktor risiko yang signifikan. Namun, status vaksinasi menunjukkan hubungan yang kuat dengan kejadian skabies, di mana kucing yang tidak divaksinasi memiliki peluang 1,73 kali lebih besar untuk terkena penyakit tersebut dibandingkan kucing yang divaksinasi (OR: 1,73, 95% CI: 1,08-2,75). Studi ini menyoroti tempat tinggal di luar rumah, populasi yang tinggi, dan kurangnya vaksinasi sebagai faktor risiko utama skabies kucing di populasi ini.