Taman Nasional Way Kambas merupakan kawasan konservasi yang memiliki ekosistem hutan dataran rendah. Salah satu penutupan lahan Taman Nasional Way Kambas yaitu padang ilalang yang banyak ditumbuhi oleh alang-alang pada lahan kritis. Pihak pengelola Taman Nasional Way Kambas melakukan upaya pemulihan ekosistem di lahan kritis untuk mengembalikan fungsi ekosistem alami yang telah rusak. Pihak pengelola melakukan penanaman dengan memperhatikan pertumbuhan tanaman mulai dari pemilihan bibit, penanaman bibit hingga bibit menjadi tanaman muda. Tanaman muda yang terdapat di Plot Tradisional terserang oleh hama yang dapat menimbulkan berbagai masalah pada tanaman. Oleh karena itu, dilakukan penelitian kepadatan dan intensitas kerusakan tanaman muda yang terserang hama. Metode penelitian menggunakan sistematik sampling untuk menentukan pengambilan sampel, peletakan plot dilakukan secara sistematik sebanyak 25 plot sampel. Pengamatan dilakukan secara visual pada plot sampel, kemudian mengidentifikasi jenis hama serta menghitung kepadatan dan intensitas serangan hama. Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan jenis-jenis hama seperti, ulat jengkal, ulat bulu, wereng batang coklat, ulat kantong, kepik, belalang, walang sangit dan kutu putih. Kepadatan hama tertinggi yaitu ulat jengkal (0,0007 individu/1000m²) dan kepadatan hama terendah adalah ulat kantong (0,0001 individu/1000m²). Intensitas kerusakan nisbi pada daun yang tertinggi yaitu pada tanaman puspa sebesar (37%). Beberapa jenis tanaman muda yang memiliki intensitas kerusakan mutlak mencapai 100% yaitu rengas, rukem, waru gombong, kemang, jambon, dan bungur. Hal yang perlu dilakukan oleh pihak pengelola Taman Nasional Way Kambas yaitu dengan menyusun strategi pengendalian hama pada Plot Tradisional