Keberagaman latar belakang kampus pada relawan Gudang Sinau Indonesia (GSI), khususnya dalam program "Gudang Sinau Mengajar," menciptakan dinamika komunikasi antarbudaya yang unik dan kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana perbedaan budaya kampus memengaruhi pola komunikasi antarvolunteer, serta langkah-langkah yang diambil oleh organisasi untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi interaksi antarrelawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberagaman budaya kampus membawa tantangan tersendiri, termasuk dalam membangun chemistry, dominasi pola komunikasi formal, dan hierarki komunikasi yang panjang. Mayoritas komunikasi antarvolunteer bersifat satu arah, yang dipengaruhi oleh keterbatasan waktu dan jarak. Namun, GSI berhasil mengatasi tantangan-tantangan tersebut dengan mengimplementasikan strategi seperti rapat offline untuk mempererat hubungan emosional, komunikasi rutin di grup divisi, serta pemanfaatan platform teknologi untuk mendukung komunikasi yang lebih inklusif. Penelitian ini menegaskan pentingnya komunikasi antarbudaya yang efektif dalam mencapai tujuan organisasi di tengah keragaman budaya kampus.