Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Implementasi Hak Asasi Manusia Sebagai Nilai yang Terkandung dalam Pancasila pada Kehidupan Sehari-hari Hasmi, Anisa Aulia
Konstruksi Sosial : Jurnal Penelitian Ilmu Sosial Vol. 3 No. 3 (2023): Juli
Publisher : Actual Insight

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56393/konstruksisosial.v1i11.1373

Abstract

Hak Asasi Manusia merupakan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa yang melekat pada diri manusia sejak lahir dan tidak dapat diganggu gugat yang yang harus dijaga dan dilindungi oleh setiap manusia, bangsa dan negara. Dalam pelaksanaan Hak Asasi Manusia, setiap manusia harus tetap menghargai dan menghormati hak orang lain. Hak Asasi Manusia dijunjung tinggi dan mendapat jaminan yang kuat dari falsafah negara kita, yaitu Pancasila. Namun dalam kenyatannya, Hak Asasi Manusia belum sepenuhnya didapatkan oleh masyarakat karena masih terdapat beberapa orang yang mengacuhkannya sehingga nilai dari Pancasila ini menurun dan tidak lagi dipandang oleh masyarakat khususnya orang-orang yang berkuasa yang tidak peduli kepada masyarakat yang ada di bawahnya.
STRESS AND DYSPEPSIA SYMPTOMS AMONG STUDENTS IN INDONESIA: A CROSS-SECTIONAL STUDY Susanti, Rahmi; Rahayu, Annisa Aulia; Hasmi, Anisa Aulia
Journal of Community Mental Health and Public Policy Vol. 7 No. 1 (2024): OCTOBER
Publisher : Lembaga Penelitian dan Terapan untuk Kesehatan Jiwa (Lenterakaji)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51602/cmhp.v7i1.166

Abstract

Background: Dyspepsia syndrome is a common health issue among adolescents, with a global prevalence estimated at 20-30%. In Indonesia, the 2018 Riskesdas data indicated that the prevalence among those aged 15-24 was 18.3%. Factors associated with dyspepsia syndrome in adolescents include gender, stress, eating frequency, and specific food consumption. Purpose: This study aims to analyze the relationship between respondent characteristics (gender, stress, eating frequency, food consumption, smoking habits, and exercise) and dyspepsia incidence among adolescents living in boarding houses. Methods: This study used a cross-sectional design, involving 52 respondents. Data was collected via questionnaires and analyzed with the chi-square test. Result: Most respondents were female (82.7%), had poor eating frequency (86.5%), poor stress conditions (84.6%), preferred spicy foods (75%), consumed caffeine (80.8%), and rarely exercised (84.6%). The analysis revealed a significant association between stress conditions and dyspepsia syndrome (p=0.022), while gender, eating frequency, food consumption, smoking habits, and exercise showed no association. Conclusion: Poor stress conditions are a risk factor for dyspepsia syndrome in adolescents. Efforts are needed to reduce stress levels through education on stress management and healthy dietary practices to prevent dyspepsia syndrome. Abstrak Latar Belakang: Sindrom dispepsia adalah masalah kesehatan yang sering dialami remaja, dengan prevalensi global diperkirakan mencapai 20-30%. Di Indonesia, data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi dispepsia pada kelompok usia 15-24 tahun adalah 18,3%. Faktor-faktor yang diduga berkaitan dengan sindrom dispepsia pada remaja meliputi jenis kelamin, stres, frekuensi makan, dan konsumsi makanan tertentu. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik responden (jenis kelamin, stres, frekuensi makan, konsumsi makanan, kebiasaan merokok, dan olahraga) dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja yang tinggal di asrama. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan total 52 responden. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil: Mayoritas responden adalah perempuan (82,7%), memiliki frekuensi makan yang buruk (86,5%), kondisi stres yang buruk (84,6%), menyukai makanan pedas (75%), mengonsumsi kafein (80,8%), dan jarang berolahraga (84,6%). Analisis menunjukkan bahwa kondisi stres berhubungan signifikan dengan sindrom dispepsia (p=0,022), sementara jenis kelamin, frekuensi makan, konsumsi makanan, kebiasaan merokok, dan olahraga tidak berhubungan. Kesimpulan: Kondisi stres yang buruk adalah faktor risiko sindrom dispepsia pada remaja. Upaya untuk mengurangi tingkat stres melalui pendidikan manajemen stres dan pola makan sehat sangat diperlukan untuk mencegah sindrom dispepsia.