Perubahan iklim global telah meningkatkan frekuensi serta intensitas bencana alam seperti banjir, badai, dan kekeringan. Pada saat yang sama, perkembangan teknologi digital memperbesar peluang terjadinya serangan siber terhadap infrastruktur vital negara. Konvergensi dari dua jenis ancaman ini, berpotensi menciptakan efek ganda yang memperburuk dampak terhadap ketahanan nasional. Penelitian ini mengkaji potensi ancaman hibrida yang muncul dari konvergensi antara perang siber dan perubahan iklim, terhadap infrastruktur vital dan ketahanan nasional Indonesia. Melalui pendekatan analisis potensi berbasis deskriptif kualitatif, studi ini mengevaluasi tingkat kerentanan, kapasitas mitigasi, dan potensi dampak yang ditimbulkan dari serangan siber yang terjadi bersamaan dengan bencana iklim. Data dikumpulkan dari studi pustaka, studi kasus blackout Jakarta 2019, dan laporan lembaga yang relevan dalam lima tahun terakhir. Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah yang berpotensi tinggi terkena dampak ancaman hibrida yang krusial ialah di pesisir perkotaan, di mana infrastruktur digital rentan terhadap bencana lingkungan dan serangan siber secara simultan. Sementara itu, infrastruktur vital yang paling rentan ancaman hibrida ialah di sektor energi dan tanggap darurat. Penelitian ini merekomendasikan penguatan strategi ketahanan nasional berbasis intelijen geospasial dan peningkatan sinergi antar sektor sebagai respons terhadap kompleksitas ancaman yang terus berkembang.