Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

EKSPLORASI ARSITEKTUR EKOLOGIS DI DESA WISATA KAMPUNG BUDAYA SINDANG BARANG Rr. Diana Ayudya; Saeful Mahfud Permana; Trisna Putra Nugraha
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.258 KB)

Abstract

ABSTRAKPengembangan kawasan yang berpotensi menjadi Desa Wisata telah menjadi Rencana Strategis Nasional (Renstranas) pemerintah di bawah Kementerian Pariwisata Republik Indonesia sebagai perwujudan salah satu amanat Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Banyak daerah di Jawa Barat yang memiliki potensi wisata sebagai daya tarik bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, salah satunya adalah potensi pengembangan sebagai Desa Wisata. Salah satu kawasan wisata di Jawa Barat ini yang sudah dikembangkan sebagai desa wisata adalah Kampung Budaya Sindang Barang, yang terletak di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.Perencanaan dan perancangan kawasan desa wisata Kampung Sindang Barang sebagai wisata alam dan budaya unggulan di Jawa Barat ini diharapkan dapat menambah kunjungan wisatawan ke Propinsi Jawa Barat umumnya dan Kabupaten Bogor pada khususnya. Namun, pendekatan arsitektur ekologis pada perencanaan dan perancangannya adalah salah satu hal terpenting yang juga harus dilakukan untuk memastikan dilakukan penataan yang baik dan memperhatikan potensi-potensi yang ada  di sekitar kawasan tersebut agar dapat dikembangkan secara lebih optimal dengan tetap melakukan perencanaan pembangunan berkonsep eco-culture. Pendekatan arsitektur ekologis merupakan salah satu upaya dalam perencanaan dan perancangan kawasan desa wisata yang berkelanjutan, baik dari sisi alam, budaya maupun masyarakatnya.Perencanaan dan perancangan yang dilakukan di Desa Wisata Kampung Budaya Sindang Barang menggunakan pendekatan metodologi problem solving berdasarkan aspek ekologi kawasan, aspek sosial ekonomi, dan aspek sosial kultural. Konsep eco-culture dikembangkan menjadi konsep dasar pendekatan perancangan Kawasan Desa Wisata Kampung Sindang Barang dengan harapan mampu menarik kunjungan wisatawan dengan memuat prinsip wisata yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat melalui pendekatan perencanaan pembangunan yang berkelanjutan. Kata Kunci :   Arsitektur Ekologis, Arsitektur Berkelanjutan, Pembangunan Berkelanjutan, Ekowisata, Desa Wisata  ABSTRACTBuild Environment that potentially developed as Tourism Village had become National Strategic Plan of the government under The Republic Indonesia Ministry of Tourism as one of the mandate manifestation of The President of Republic Indonesia Regulation No. 2 Year 2015 about The Development Plan of National Medium-term 2015-2019. Many areas at West java had many tourism potentials as tourist attractions either for domestic or international tourists, includes potential development as tourism village. Kampung Budaya Sindang Barang at Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor was one of the areas at West Java that had been developed as a tourism village.The planning and design of Kampung Sindang Barang tourism village as prime nature and culture tourism at West Java was hoped to increase tourism visit to West Java Province in general and Bogor Regencyin particular. However, ecological architecture approach on planning and design is one of the most important thing that have to be done to make sure on designing a good planning regarding the area potentials to be optimally developed by consistently planning the development in eco-culture concept.Ecological architecture approach is one of the efforts on the planning and design of sustainable tourism village area, either by nature, culture, or society sides.The planning and design at Kampung Budaya Sindang Barang tourism village applies problem solving methodology approach based on areal aspects of ecological, social economy, and socio cultural. Eco-culture concept was developed as basic concept of planning and design approach of Kampung Wisata Sindang Barang tourism area with expectation to reach tourism visit by accommodating tourism principles that can affect local society economical development by approaching sustainable development planning. Keyword: Eco-Architecture, Sustainable Architecture, Sustainable Development planning, Ecotourism, Tourism Village
PEMANFAATAN RUANG DI BAWAH RUMAH PANGGUNG PERMUKIMAN NELAYAN PERKOTAAN (STUDI KASUS: KAMPUNG NELAYAN KAMAL MUARA) Diana Ayudya; Saeful Mahfud Permana; Stenly Go Lakafin; Gabriela Tri Wuryaningsih
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 9, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.004 KB) | DOI: 10.22441/vitruvian.2019.v9i1.004

Abstract

Kamal Muara adalah permukiman nelayan perkotaan di pesisir Utara Jakarta yang keberadaannya ternyata menyumbangkan beberapa isu terkait permasalahan lingkungan, sosial dan ekonomi yang terus berkembang. Dengan mayoritas penghuni yang merupakan masyarakat tradisional Bugis, karakter fisik kawasan ini menunjukkan ciri-ciri arsitektur vernakular Bugis yang terlihat dari bentuk rumah penduduk yang didominasi dengan rumah panggung bergaya arsitektur Bugis. Namun kondisi lingkungan yang berbeda memaksa masyarakat Bugis di permukiman ini untuk beradaptasi, salah satunya terhadap lingkungan fisik sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada bentuk dan pola perkampungan, termasuk pola pemanfaatan ruang di bawah rumah panggungnya. Keberagaman pemanfaatan ruang tersebut ternyata menimbulkan banyak permasalahan yang berujung pada permasalahan lingkungan kawasan permukiman.Tujuan penelitian ini adalah menemukan pola pemanfaatan ruang di bawah rumah panggung nelayan dengan pendekatan perilaku dan lingkungan untuk mengurangi permasalahan sehingga didapatkan rekomendasi yang bisa memberikan manfaat lebih pada lingkungan Kawasan permukiman.Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, dengan metode pengumpulan data (survey) primer dan sekunder. Survey primer dilakukan melalui observasi lapangan dan wawancara, adapun survey sekunder melalui studi literatur dari berbagai media seperti buku, jurnal, dokumen, artikel cetak maupun online.
STUDY ON URBAN RESIDUAL SPACE AS SOLUTIONS REVIEW FOR AREA PROBLEMS Diana Ayudya; Mona Anggiani
SINERGI Vol 25, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/sinergi.2021.3.002

Abstract

In cities, spaces were intentionally formed, planned, or unintentionally unplanned. Unlike planned spaces, unplanned spaces in urban areas eventually tend to cause problems for the area. These spaces were referred to as residual spaces, which were generally vacant land or open space in various urban spaces. Urban residual space was also commonly found in tertiary activity centers in big cities like Jakarta, one of which was in the trade and service area of the city. Residual space in such areas grew and developed due to dense activity within the area, resulting building density, irregularity in some spatial use and environmental degradation. Due such conditions, several questions are significant to be raised.  What are the typology, utilization, and its impacts on the area? Did it only cause a problem, or could it be a solution to problems within the area? This study aimed to examine the typology of residual space based on the shape, location, utilization, and impact of trade and service activities in South Jakarta, Kebayoran Lama area. The proposed approach used was a qualitative study of the residual spaces in predetermined trade and commercial areas. The study results of the physical, spatial, visual, and social conditions of urban residual space were explained descriptively to get a picture of the characteristics of the form, location, utilization, and impact on the area.
Memahami Perkembangan Kota Melalui Urban Morphology Diana Ayudya; Ikaputra Ikaputra
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Vol 18, No 3 (2022): JPWK Volume 18 No. 3 September 2022 (in progress)
Publisher : Universitas Diponegoro, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/pwk.v18i3.36135

Abstract

Tujuan dari kajian ini adalah membangun suatu pemahaman mengenai peran urban morphology dalam mengamati dan mengkaji perkembangan kota. Banyak sekali isu dalam perencanaan dan perancangan kota, khususnya mengenai bentuk fisik kota dan perubahan yang terjadi. Morfologi sebuah kota sebagai formasi obyek bentuk kota akan selalu berubah, karena merefleksikan kehidupan masyarakat kota yang akhirnya akan merubah kehidupan sosial dan ekonomi masyarakatnya. Sebagai sebuah cabang ilmu perkotaan, Urban Morphology mengkaji seluruh aspek, baik fisik maupun non fisik, dari ekspresi bentuk keruangan kota. Dengan memahami Morfologi Kota, gambaran fisik arsitektural kota yang berkaitan dengan sejarah, pembentukan, perkembangan, dan kondisi masyarakatnya akan didapatkan. Studi literatur di dalam kajian ini dilakukan melalui sebuah proses, yaitu membahas pengertian masing-masing kata pembentuk Urban Morphology hingga menemukan parafrasenya untuk membangun pemahaman. Didapatkan bahwa Urban Morphology berperan dalam mengetahui apa yang ada di balik isu-isu perkembangan kota; perubahan bentuk kota secara historis-geografis, struktural, fungsional, maupun visual. Lebih lanjut, Urban Morpfology berperan untuk mengetahui tipe, pola, kondisi fisik, keruangan, dan elemen-elemen pembentuk kota yang berperan dalam perkembangan kota.
KARAKTERISTIK SPASIAL RUANG INTERAKSI SOSIAL PENGHUNI di LINGKUNGAN HUNIAN KAMPUNG KOTA TEMATIK TANGERANG Anggiani, Mona; Ayudya, Rr Diana
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 11, No 1 (2024): April
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v11i1.69948

Abstract

Kehidupan seseorang selalu membutuhkan aktivitas interaksi sosial, bermula dari mereka memulai kehidupan hingga pada akhir hidupnya. Aktivitas interaksi sosial antarmanusia dapat kita temukan di salah satu hunian kota besar, yaitu kampung kota. Penghuni kampung kota melakukan interaksi sosial mereka di dalam lingkungannya dengan bentuk yang sederhana seperti berbincang-bincang, duduk-duduk, atau bahkan bersenda gurau. Mereka menggunakan tempat-tempat yang bisa mewadahi aktivitas interaksi sosial mereka. Interaksi sosial tersebut dilakukan pada satu wadah yang dinamakan tempat berinteraksi. Terdapat beberapa macam tempat-tempat yang mereka jadikan untuk berinteraksi sosial. Pemilihan tempat-tempat tersebut berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan kebutuhan para penghuni sebagai pengguna tempat interaksi sosial di kampung kota. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap karakter spasial tempat-tempat yang dijadikan sebagai tempat interaksi sosial bagi penghuni di kampung kota Atur, Tata, dan Modifikasi (ATM) di Tangerang. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif, dengan melakukan pengumpulan data melalui observasi dan survei di lingkungan kampung kota ATM Tangerang pada hari kerja maupun hari akhir pekan pada waktu pagi, siang, dan sore hari. Sasaran pengamatan pada penelitian ini yaitu penghuni kampung kota ATM Tangerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghuni di kampung kota ATM Tangerang melakukan interaksi sosial di dalam lingkungan hunian mereka dengan memilih tempat memiliki atau terdapat elemen-elemen fasilitas dalam berinteraksi sosial, seperti keberadaan tempat duduk, dekat dengan pohon peneduh, berada di dekat tempat kegiatan berdagang, dan di halaman sarana hunian. Penelitian ini bermanfaat untuk melihat titik tempat-tempat yang digunakan oleh penghuni kampung kota sebagai dasar acuan perencanaan tempat interaksi sosial di lingkungan hunian yang lebih fungsional dan berkelanjutan.
INCLUSION COFFEE SHOP AS THIRD PLACE: USER DESIGN AND EXPERIENCE PERSPECTIVE Anggiani, Mona; Ayudya, Rr Diana; Sukmajati, Danto
Border: Jurnal Arsitektur Vol. 7 No. 1 (2025): JUNE 2025
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Architecture and Design, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/border.v7i1.782

Abstract

Every human being shares the same fundamental needs, ranging from physiological to physical needs. After engaging in daily activities, individuals seek to relax and relieve stress through enjoyable experiences in comfortable environments. Commonly, these relaxing spaces are referred to as third places. One form of third place, as introduced by Oldenburg, is the coffee shop. As a third place, it is more than just a physical space—it holds deeper meaning. Today, coffee shops are frequently identified as third places; however, the criteria for a third place extend beyond mere spatial aspects. This study aims to explore whether coffee shops frequented by users can be considered third places from their perspective, and to identify the factors that influence this perception. The research adopts a qualitative approach by conducting interviews with participants. Data were analyzed using a descriptive narrative technique, presenting findings from observations and interviews. The results indicate that most users of a disability-friendly coffee shop consider it their third place for several reasons: the shop is inclusive and accessible to everyone; it features a unique and aesthetic design; it is strategically located, easily accessible, and near transportation hubs; it offers a calm, home-like atmosphere; it serves as a space for conversation; it provides comprehensive facilities; and it includes disability-friendly signage. This study is expected to serve as a foundation for the design and development of third places that accommodate the needs of deaf and hard-of-hearing individuals.