Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Menteng Atas – Jakarta, Indonesia: A Potrait of Living in Urban Settlement Sukmajati, Danto
SOSIOHUMANIKA Vol 5, No 2 (2012)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT: Menteng Atas is a sub-district (kelurahan) in Southern Jakarta, Indonesia. As a common crowded settlement in urban area, this location facing multi problems related to social and physical environments. The attempt to adapt and to survive of its various characters and the various origin demography of the community formed this area. This paper explored how members of Menteng Atas community perceive their everyday surroundings within the context of an environment that has rapidly changed, primarily due to urban development, and what they wants for the future of their environment. The study was start from the inside of the local community. A qualitative method with semi grounded research technique had been conducted. Symbolic communication varies from one situation to the next were founded by studying the accounts, explanations, and social action that are meaningful to a group of people. This paper is end up with some recommendations to achieve sustainable housing and settlement at this area. As an urban lower middle class community, they have not self-awareness toward macro scale issues that anytime may affect their area. However, their economic opportunity is good enough both considering the location directly bordered with urban commercial area. An integrated multidimensional planning is needed to upgrade potential environment and community at Menteng Atas that engage all related stakeholders.KEY WORD: Mentang Atas sub-district, urban settlement, built environment, local community, and housing improvement. IKHTISAR: Kelurahan Menteng Atas, Jakarta Selatan adalah salah satu contoh permukiman padat perkotaan yang berada di Jakarta. Seperti kawasan padat pada umumnya, daerah Menteng Atas ini menghadapi berbagai permasalahan lingkungan, baik fisik maupun sosial. Kemampuan adaptasi dan survival dari berbagai karakter demografi penduduknya menjadi salah satu pembentuk keunikan kawasan ini. Dalam tulisan ini dieksplorasi bagaimana komunitas warga Menteng Atas menjalani kehidupan kesehariannya dalam batas konteks interaksi dengan lingkungan fisik dan sosialnya, dan apa harapan terhadap masa depan kampungnya. Kajian dijalankan dengan metode kualitatif menggunakan teknik semi “grounded research”. Variasi komunikasi simbolik yang didapat dari satu situasi ke situasi berikutnya dikaji dengan perhitungan, penjelasan, dan tindakan sosial yang bermakna dari kelompok warga. Tulisan ini ditutup dengan beberapa rekomendasi terkait upaya pencapaian lingkungan hunian kota yang berkelanjutan. Sebagai komunitas masyarakat menengah bawah, mereka kurang memiliki kepedulian terhadap lingkungannya. Disisi lain, mereka punya potensi ekonomi terkait kedekatannya dengan sentra komersial kota. Sebuah perencanaan multidimensi yang mampu mengintegrasikan segenap pemangku kepentingan dibutuhkan untuk membuat Menteng Atas menjadi lebih baik.KATA KUNCI: Kelurahan Menteng Atas, permukiman kota, pembangunan lingkungan fisik, komunitas lokal, dan perbaikan kampung.About the Author: Danto Sukmajati is a Lecturer at the Department of Architecture UMB (Mercu Buana University), Jalan Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat 11650, Indonesia. For academic purposes, he can be contacted via his e-mail at: dantosukmajati@yahoo.comHow to cite this article? Sukmajati, Danto. (2012). “Menteng Atas – Jakarta, Indonesia: A Potrait of Living in Urban Settlement” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.5, No.2 [November], pp.253-268. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press owned by ASPENSI, ISSN 1979-0112. Chronicle of article: Accepted (September 24, 2012); Revised (October 27, 2012); and Published (November 20, 2012).    
FENOMENA KOMUNITAS RUMAH KONTRAKAN DI JAKARTA DAN PERANNYA MENGHADAPI MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS Sukmajati, Danto
Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi Vol 8, No 1 (2009)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Komunitas yang solid dan kuat merupakan salah satu kunci peningkatan daya saingbangsa menghadapi MDGs. Demikian pula dengan komunitas di perkampunganperkotaan yang didominasi oleh rumah kontrakan, yang sebagian besar anggotanyabukanlah penduduk asal kawasan tersebut. Lebih jauh tulisan ini mengkaji permasalahandan potensi dibalik fenomena tersebut, serta strategi perencanaan kedepan yang dapatdiambil. Menggunakan kaidah kualitatif dengan merangkai dan menyimpulkan hasilinterview mendalam terhadap beberapa key person, kajian ini dijalankan di beberapakawasan permukiman padat di Jakarta yang sebagian besar didominasi oleh rumahkontrakan. Strategi penanganan dari berbagai sektor terkait, seperti ekonomi, sosialbudaya, dan fisik lingkungan menjadi rekomendasi dan kesimpulan dalam tulisan ini.AbstractSolid and strong community is one key to improving the competitiveness of the nationfacing the Millenium Development Goals (MDGs). Likewise with the community in anurban ghetto dominated by rented houses, which most members are not residents from thearea. This paper further examine the problems and the potential behind thesephenomena, as well as future planning strategies that can be taken. Using qualitativerules and concludes with string-depth interview results to some key persons, this studycarried out in some dense neighborhoods in Jakarta largely dominated by the rentedhouses. Strategy handling of various related sectors, such as economic, social, cultural,and physical environment becomes recommendations and conclusions in this paper.
PENGARUH KEBERADAAN PKL TERHADAP KUALITAS VISUAL BANGUNAN DISEPANJANG KORIDOR JALAN LADA KOTA TUA JAKARTA Tri Wahyu Indah K Mutiarawati; Danto Sukmajati
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 6, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.847 KB)

Abstract

Setiap kota memiliki kawasan cagar budaya yang merupakan cikal bakal dari pertumbuhan suatu kota untuk dilestarikan. Koridor Jalan Lada merupakan koridor yang berada dikawasan bersejarah Kota Tua Jakarta, dimana bangunan yang berjajar disepanjang koridor Jalan Lada mayoritas adalah bangunan bersejarah. Hal inilah yang menjadikan kawasan Kota Tua Jakarta menjadi salah satu daerah tujuan wisata warga Jakarta maupun dari luar Jakarta, baik dalam negeri maupun luar negeri. Sebagaimana UU no. 11 tahun 2010 menyebutkan bahwa salah satu peninggalan bersejarah yang perlu dilindungi adalah keberadaan bangunan-bangunan yang pada saat ini dikenal sebagai cagar budaya atau bangunan bersejarah. Namun pada malam hari banyak aktivitas-aktivitas bermunculan (activity support) terutama pedagang kaki lima dimuka bangunan sepanjang koridor jalan Lada yang menjadikan sepanjang koridor ini terlihat sebagai kawasan komersial terutama dimalam hari. Hal ini dihawatiran akan mempengaruhi kualitas visual bangunan yang terbentuk pada sepanjang koridor Jalan Lada Kota Tua Jakarta pada malam hari. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan komersial mempengaruhi kualitas visual bangunan disepanjang koridor Jalan Lada pada malam hari. Metode yang digunakan untuk penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dimana untuk metode pengumpulan data berdasarkan penilaian responden dilakukan dengan pembagian kuesioner kepada pengunjung museum Fatahillah Jakarta yang melewati koridor Jalan Lada Kota Tua Jakarta. Sedangkan metode analisa data yang digunakan berupa analisa korelasi bevariatte pearson (korelasi sederhana), yang nantinya dijelaskan secara deskriptif. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa ternyata keberadaan activity support yang berupa kegiatan komersial (Pedagang Kaki Lima) mempengaruhi kualitas visual bangunan disepanjang koridor Jalan Lada, Kota Tua Jakarta pada malam hari dengan sedang. Kata Kunci : Activity support, kegiatan komersial, pedagang kaki lima, kualitas visual
KAJIAN JALUR EVAKUASI PADA GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CIBINONG Dian Ekaputri; Danto Sukmajati; Aan Sapta Atmaja
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/Vitruvian.2021.v11i1.001

Abstract

Rumah Sakit merupakan salah satu bangunan fasilitas publik yang sangat penting, hal tersebut dikarenakan rumah sakit merupakan tempat atau wadah untuk perawatan dan rehabilitasi, yang harus memiliki lingkungan yang aman bagi pasien dan karyawan yang bekerja di rumah sakit. Saat ini desain rumah sakit terus berkembang dan berubah, rumah sakit merupakan bangunan kompleks, yangmana sangat rentan akan kejadian kebakaran atau bencana alam. Sayangnya masih ada beberapa rumah sakit yang masih belum memperhatikan sarana dan prasarana akan jalur evakuasi, hal tersebut juga dipicu karena ketidak pahaman pengguna bangunan akan akses evakuasi pada rumah sakit. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menelitian mengenai kajian akan jalur evakuasi pada gedung rumah sakit, serta yang menjadi perhatian utama yaitu wawasan pasien dan karyawan rumah sakit akan jalur evakuasi (jalan keluar) agar pada saat terjadi kebakaran atau bencana alam dapat dengan secepatnya menyelamatkan diri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan beberapa tahapan yaitu Tahap pertama melakukan desk research (data sekunder), lalu tahap kedua melakukan pengumpulan Data (observasi lapangan dan survey dengan questionnaire), dilanjutkan ke tahap ketiga dengan menganalisis data. Diharapkan hasil penelitian ini dapat mengetahui kesiapan sarana jalur evakuasi dan pengetahuan pengguna bangunan RSUD CIbinong Dalam Situasi Darurat Terhadap Sarana Jalur Evakuasi dan dapat memberikan masukan dalam pembuatan perencanaan bangunan rumah sakit dimasa yang akan datang, Sehingga pengguna dapat menyelamatkan diri jika terjadi situasi darurat.
PROGRAM EDUKASI PADA ANAK 7-12 TAHUN TENTANG KONSEP ARSITEKTURAL MELALUI METODE FORUM GROUP DISCUSSION DI SDN MERUYA 04, MERUYA SELATAN, JAKARTA BARAT Danto Sukmajati
Jurnal Abdi Masyarakat (JAM) Vol 3, No 2 (2018): JAM (Jurnal Abdi Masyarakat) - Maret
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.244 KB) | DOI: 10.22441/jam.2018.v3.i2.002

Abstract

Pengabdian Masyarakat yang akan dilaksanakan adalah Forum Group Discussion. Forum Group Discussion yang dilakukan untuk memberikan pemahaman arsitektural kepada anak dengan cara berdiskusi dan membuat suatu hal sederhana yang memberikan pengetahuan yang dapat mereka terapkan sehari-hari.Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjadikan bibit generasi penerus bangsa mempunyai wawasan dan pemahaman tentang seni dan logika yang lebih baik dan kedepannya dapat membuat karya yang lebih baik dan memsyarakat serta berjiwa sosial. Hasil akhir yang akan dicapai dalam pengabdian masyarakat ini adalah Mendekatkan anak-anak pada prinsip arsitektur yang merancang berdasarkan fungsi dan Agar anak dapat memiliki wawasan tentang seni yang selaras dengan fungsi, sehingga dapat menciptakan banyak kebermanfaatan.
ADAPTASI ARSITEKTUR VERNAKULAR KAMPUNG NELAYAN BUGIS DI KAMAL MUARA Primi Artiningrum; Danto Sukmajati
NALARs Vol 16, No 1 (2017): NALARs Vol 16 No 1 Januari 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.16.1.69-84

Abstract

ABSTRAK.Masyarakat Bugis terkenal sebagai pelaut ulung di Indonesia yang telah menjelajahi seluruh wilayah nusantara.Oleh karena itu permukiman masyarakat Bugis dapat ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia, terutama di kawasan pesisir.Di pantai Utara Jakarta juga terdapat satu kampung nelayan Bugis, yaitu di wilayah Kamal Muara.Karakter fisik dari permukiman ini menunjukkan ciri-ciri arsitektur vernacular Bugis yang dapat dilihat dari bentuk rumah-rumahnya.Akan tetapi, kondisi lingkungan yang berbeda dengan di tempat asalnya memaksa masyarakat kampung Bugis tersebut untuk beradaptasi baik terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budayanya.Adaptasi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada bentuk dan pola perkampungannya.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh adaptasi terhadap bentuk rumah dan pola kampung yang dibandingkan dengan arsitektur Bugis yang asli.Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif.Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan dan wawancara kepada informan kunci termasuk beberapa pemilik rumah.Hasil dari penelitian ini adalah teridentifikasinya adapatasi bentuk arsitektur dan pola kampung terkait dengan kondisi lingkungan dan sosial budaya. Kata  kunci : adaptasi, vernakular, arsitektur, nelayan, kampung ABSTRACT.Bugis people are famous as the best sailor in Indonesia who have sailed all over the archipelago. Their settlements can be found all over the country especially in the coastal area. Kamal Muara is one of the Bugis fishermen village located in the North coast of Jakarta. The physical character of this settlement demonstrates Bugis vernacular architecture which is especially noticeable in the form of its houses. However, the new place has forced the people to adapt to the physical environment as well as to the social and cultural environment. Consequently, the adaptation caused changes of architectural shapes and the pattern of the village. This objective of this research was to find out the influence of the adaptation to the house form and village pattern that was compared to its original Bugis Architecture. The method of this research was qualitative descriptive research. The data was collected through field study, observation, and interview to the key informants including the owner of the houses. The outcomes of this research is the identification of the adaptation in architectural form and village pattern related to the environmental condition and the sociocultural problem. Keywords:  adaptation, vernacular, architecture, fishermen, village
Kajian Sistem Pengelolaan Bangunan Rumah Susun Sederhana Danto Sukmajati; Joni Hardi; Edy Muladi
Jurnal Permukiman Vol 8 No 1 (2013)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31815/jp.2013.8.13-23

Abstract

Pembangunan rumah susun sederhana dipercaya oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta sebagai salah satu jalan keluar penyediaan kebutuhan rumah layak huni dan sekaligus perbaikan lingkungan di DKI Jakarta. Namun demikian penyediaannya belum didukung oleh sistem pengelolaan yang baik dan efisien. Alih-alih mencapai tujuan seperti yang diharapkan, rumah susun sederhana malah seperti memindahkan kekumuhan horizontal menjadi kekumuhan vertikal. Tulisan ini disarikan dari hasil kajian tentang pengelolaan rumah susun yang dibangun oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Kajian yang menggunakan kaidah kualitatif dengan wawancara dan observasi lapangan ini selain menghasilkan kesimpulan tentang potret pengelolaan yang ada saat ini serta dampaknya terhadap kualitas bangunan dan lingkungan. Pada bagian akhir dihasilkan beberapa usulan dan rekomendasi model pengelolaan rumah susun sederhana yang sesuai diterapkan di DKI Jakarta.
INCLUSION COFFEE SHOP AS THIRD PLACE: USER DESIGN AND EXPERIENCE PERSPECTIVE Anggiani, Mona; Ayudya, Rr Diana; Sukmajati, Danto
Border: Jurnal Arsitektur Vol. 7 No. 1 (2025): JUNE 2025
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Architecture and Design, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/border.v7i1.782

Abstract

Every human being shares the same fundamental needs, ranging from physiological to physical needs. After engaging in daily activities, individuals seek to relax and relieve stress through enjoyable experiences in comfortable environments. Commonly, these relaxing spaces are referred to as third places. One form of third place, as introduced by Oldenburg, is the coffee shop. As a third place, it is more than just a physical space—it holds deeper meaning. Today, coffee shops are frequently identified as third places; however, the criteria for a third place extend beyond mere spatial aspects. This study aims to explore whether coffee shops frequented by users can be considered third places from their perspective, and to identify the factors that influence this perception. The research adopts a qualitative approach by conducting interviews with participants. Data were analyzed using a descriptive narrative technique, presenting findings from observations and interviews. The results indicate that most users of a disability-friendly coffee shop consider it their third place for several reasons: the shop is inclusive and accessible to everyone; it features a unique and aesthetic design; it is strategically located, easily accessible, and near transportation hubs; it offers a calm, home-like atmosphere; it serves as a space for conversation; it provides comprehensive facilities; and it includes disability-friendly signage. This study is expected to serve as a foundation for the design and development of third places that accommodate the needs of deaf and hard-of-hearing individuals.
REVITALISASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DAYA TARIK WISATA EDUKASI “KAMPUNG BATIK GIRILOYO” Wijaya, Chyntia Evellyn; Sukmajati, Danto
Jurnal Strategi Desain dan Inovasi Sosial Vol. 6 No. 2 (2025): Design as Strategy Case Studies - Part 3: Finale
Publisher : School of Design Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37312/jsdis.v6i2.10315

Abstract

Batik menjadi salah satu produk ekonomi kreatif yang perlu untuk dilestarikan. Wisata edukasi adalah salah satu bentuk upaya melestarikan budaya dan produk Indonesia. Kampung Batik Giriloyo adalah salah satu destinasi wisata edukasi batik tulis yang sering dikunjungi wisatawan nusantara maupun internasional. Kunjungan yang terus meningkat mengakibatkan wisatawan massal yang negatif, seperti padat kawasan kemudian berujung degradasi budaya lokal. Hal ini mulai terjadi di Kampung Batik Giriloyo terlihat dari sirkulasi yang menyempit. Maka dari itu akan dibuat sebuah rancangan revitalisasi ”Kampung Batik Giriloyo” agar lebih optimal dalam mewadahi kegiatan Edutourism dan ekonomi kreatif. Revitalisasi sebagai respon terhadap keterbatasan ruang untuk memperbaiki dan meningkatkan nilai hingga membuka potensi lain lahan. Perancangan ini menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil perancangan menunjukkan bahwa revitalisasi dengan konsep creative tourism dapat mengoptimalkan wisata edukasi dengan menciptakan ruang-ruang workshop dan ruang ekonomi kreatif yang dapat meningkatkan nilai lahan dan nilai kawasan terutama Giriloyo.