Kebiasaan menyirih di Indonesia merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh berbagai suku, salah satunya adalah suku Dayak Desa di Kalimantan Barat. Kepercayaan bahwa menyirih dapat menghindari penyakit gigi dan mulut serta dapat mengobati gigi yang sakit serta nafas yang tidak sedap telah mendarah daging diantara para penggunanya. Kebiasaan menyirih memiliki pengaruh terhadap tidak dirawatnya karies gigi dan memiliki pengaruh gigi yang buruk terhadap periodentitis, mendorong peningkatan periodentitis dan menghilangkan gigi. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran mengenai tradisi nyirih yang dilakukan oleh masyarakat suku Dayak Desa di Kalimantan Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku nyirih suku Dayak Desa dilakukan hampir setiap hari dengan frekuensi > 2 kali dalam sehari, dengan usia lama menyirih > 5 tahun. Perilaku nyirih ini dilakukan karena adanya kepercayaan yang diwariskan oleh leluhur. Tradisi nyirih suku Dayak Desa di Kalimantan Barat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat, kelompok usia, terutama kalangan wanita. Bagi seseorang yang masih berusia muda, maka nyirih dilakukan dengan cara menempatkan kapur sirih bersama dengan beberapa potongan kecil buah pinang dan gambir di atas sehelai daun sirih. Daun sirih dilipat bersamaan dengan campuran tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam mulut diantara gigi dan pipi, dan selanjutnya dikunyah. Sedangkan bagi seseorang yang sudah lanjut usia, maka nyirih dilakukan dengan menggunakan bantuan alat yang terbuat dari pipa dan kayu yang dirangkai menjadi alat tumbuk. Bahan-bahan yang digunakan dalam tradisi nyirih suku Dayak Desa di Kalimantan Barat adalah pinang, kapur, gambir, dan daun sirih.