Kabupaten Karanganyar memiliki potensi di berbagai subsektor ekonomi kreatif, khususnya di subsektor seni pertunjukan. Selain seni pertunjukan, subsektor ekonomi kreatif yang potensial dikembangkan adalah subsektor kriya, fesyen, kuliner, musik, dan lain-lain. Sementara itu, belum adanya arahan/strategi khusus mengenai pengembangan ekonomi kreatif. Kabupaten Karanganyar menghadapi permasalahan strategis di bidang perekonomian seperti tingkat pengangguran terbuka (TPT) dan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi serta rendahnya kualitas SDM. Dalam bidang ekonomi kreatif sendiri belum terdapat penelitian mengenai pengembangan yang terfokus pada subsektor tertentu. Untuk memaksimalkan potensi dan menuntaskan permasalahan yang ada, diperlukan identifikasi subsektor ekonomi kreatif unggulan dan potensial serta strategi pengembangannya yang berfokus pada usaha kecil dan menengah. Diperlukan kolaborasi aktif lima aktor penta helix, yaitu akademisi, pelaku usaha ekonomi kreatif, komunitas/kelompok usaha, pemerintah, dan media guna merumuskan arahan yang optimal dan efektif. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan sektor ekonomi kreatif di Kabupaten Karanganyar dengan kolaborasi penta helix. Tahapan dalam penelitian ini yang pertama adalah dilakukannya identifikasi kinerja subsektor ekonomi kreatif yang merupakan sektor unggulan, potensial, kurang berkembang, dan tidak efektif dengan metode analisis tipologi. Tahapan kedua adalah melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan subsektor ekonomi kreatif unggulan dan potensial di Kabupaten Karanganyar dengan sumber data dari wawancara mendalam yang kemudian dianalisis menggunakan metode Content Analysis. Tahapan selanjutnya adalah perumusan strategi dengan data hasil sasaran kedua yang dianalisis menggunakan metode SWOT (IFAS EFAS). Berdasarkan hasil analisis, diketahui terdapat lima subsektor ekonomi kreatif yang menjadi unggulan di Kabupaten Karanganyar, yaitu dua subsektor jasa kreatif (seni pertunjukan dan musik) dan tiga subsektor barang kreatif (kuliner, fesyen, dan kriya). Berdasarkan matriks SWOT, subsektor barang kreatif berada di posisi kuadran III, yaitu “ubah strategi yang posisi dari tersebut dirumuskan strategi meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Sementara subsektor jasa kreatif berada di posisi kuadran IV, yaitu “strategi bertahan” yang dari posisi tersebut perlu dirumuskan strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.