Turnover intention karyawan menjadi salah satu tantangan utama bagi organisasi dalam menjaga stabilitas sumber daya manusia. Turnover intention tidak hanya berdampak pada kehilangan tenaga kerja potensial, tetapi juga menimbulkan biaya tambahan bagi perusahaan, seperti biaya rekrutmen, pelatihan, dan penurunan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana stres kerja, komitmen organisasi, dan lingkungan kerja berdampak pada niat turnover karyawan di perusahaan X. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 82 responden dengan kriteria karyawan tetap PT X yang bekerja pada divisi di bagian produksi, pemasaran, dan eksternal. Penelitian ini dilakukan melalui survei yang melibatkan analisis data kuantitatif. Alat analisis data menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keinginan untuk pindah. Komitmen perusahaan memengaruhi turnover intention, karena karyawan yang sangat berdedikasi cenderung lebih setia dan tidak mau meninggalkan perusahaan. Seseorang lebih cenderung untuk meninggalkan tempat kerja karena lingkungan kerja yang tidak mendukung. Secara keseluruhan, stres kerja, komitmen organisasi, dan lingkungan kerja secara bersamaan berkontribusi sebesar 10,8% terhadap keinginan untuk meninggalkan pekerjaan. Temuan ini menunjukkan betapa pentingnya manajemen yang baik untuk mengelola stres kerja, meningkatkan komitmen organisasi, dan menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan, sehingga mengurangi kemungkinan turnover karyawan. Secara praktis, hasil ini dapat digunakan oleh manajer SDM untuk merancang intervensi strategis guna meningkatkan retensi karyawan melalui perbaikan lingkungan kerja dan penguatan komitmen organisasi. Penelitian ini berkontribusi dalam memperluas pemahaman tentang faktor-faktor psikososial yang memengaruhi turnover intention, khususnya dalam konteks industri manufaktur di Indonesia.