Dermaga merupakan lokasi strategis untuk aktivitas bongkar muat barang, yang juga berpotensi menjadi habitat tikus, terutama spesies Rattus norvegicus. Tikus ini dapat berkembang biak dengan cepat di lingkungan yang kaya sumber makanan, seperti sisa bahan pangan yang tercecer di dermaga. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis tikus yang terdapat di kawasan dermaga dan mengevaluasi efektivitas berbagai jenis perangkap serta umpan dalam mengendalikan populasi mereka. Penelitian menggunakan dua jenis perangkap, yaitu bubu besi dan bubu bambu, dengan lima variasi umpan: (A) umpan racun antikoagulan komersial; (B) campuran beras, monosodium glutamat (MSG), minyak sawit, asam benzoat, ikan asin, dan parafin padat; (C) campuran beras, MSG, minyak sawit, asam benzoat, tepung kulit udang, dan parafin padat; (D) campuran beras, MSG, minyak sawit, asam benzoat, kelapa bakar, dan parafin padat; serta (E) campuran beras, MSG, minyak sawit, asam benzoat, dan parafin padat (sebagai kontrol). Hasil penelitian mengidentifikasi dua spesies tikus, yaitu R. norvegicus dan Bandicota indica, dengan populasi R. norvegicus hampir dua kali lipat dibandingkan B. indica. Dari lima jenis umpan yang diuji, campuran dengan tepung kulit udang terbukti paling efektif dalam menarik tikus, sedangkan umpan kelapa bakar dan kontrol tidak menghasilkan tangkapan. Perangkap bubu besi juga ditemukan lebih efektif dalam menangkap tikus dibandingkan bubu bambu. Keberhasilan umpan tepung kulit udang dipengaruhi oleh kombinasi aroma yang kuat, rasa yang menarik, dan kemudahan penggunaan. Penelitian ini memberikan wawasan penting mengenai metode pengendalian populasi tikus yang efektif di kawasan dermaga, melalui pemanfaatan preferensi alami tikus terhadap jenis umpan tertentu dan penggunaan perangkap yang sesuai.