Era digitalisasi telah membawa kemajuan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, namun juga menghadirkan tantangan serius berupa penyebaran disinformasi dan misinformasi yang masif, khususnya melalui media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran literasi digital dan berpikir kritis dalam menghadapi tantangan tersebut. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka, menganalisis data sekunder dari artikel ilmiah, jurnal, laporan penelitian, dan buku terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial menjadi sumber informasi utama bagi masyarakat Indonesia, dengan 73% masyarakat menggunakannya untuk mencari berita atau informasi. Namun, kurangnya literasi digital di masyarakat menyebabkan tingginya kerentanan terhadap hoaks yang berdampak negatif pada opini publik, stabilitas sosial, dan kepercayaan terhadap institusi. Literasi digital dan kemampuan berpikir kritis diperlukan untuk memilah informasi, memverifikasi kebenaran sumber, dan menghindari dampak negatif dari disinformasi. Pemerintah Indonesia telah meluncurkan program seperti "Indonesia Makin Cakap Digital" dan Digital Talent Scholarship (DTS) untuk meningkatkan literasi digital masyarakat. Program ini fokus pada pengembangan keterampilan digital, etika, keamanan, dan budaya digital. Kesimpulannya, literasi digital dan berpikir kritis adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, kritis, dan mampu menghadapi tantangan disinformasi di era digital. Kolaborasi pentahelix diperlukan untuk membangun ekosistem digital yang mendukung pertumbuhan sosial dan ekonomi di Indonesia.