ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika wagal, sifat dan tujuan perkawinan adat wagal dan perkawinan Gereja Katolik dan prosesi perkawinan adat wagal dalam masyarakat Manggarai. Untuk mencapai tujuan tersebut maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan penelitian lapangan melalui metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1). Prosesi Perkawinan Adat Wagal dimulai dari tuak curu woe (penyambutan), keti riket paca (kesepakatan uang mahar/mas kawin), kala agu raci ba paca (pemberian uang mahar/mas kawin), toto molas (tunjuk cantik), torok (doa), podo (menghantar), gerep ruha (injak telur). 2). Dinamika Perkawinan Adat Wagal Dalam Masyarakat Manggarai dari waktu ke waktu dipengaruhi oleh akulturasi agama dengan adat yang menentang perkawinan tungku cu (sepupu silang), dari segi praktik perkawinan adat wagal tidak mengalami perubahan baik makna maupun praksisnya, tetapi perubahan itu justru pada pemberian paca (mahar/mas kawin) perubahan ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi yang selalu bergerak menyebabkan nilai kebudayaan, adat istiadat perlahan mengalami pergeseran pada konteks paca (mahar/mas kawin), pemberian paca (mahar/mas kawin) pada zaman dulu berupa 5 ekor kuda dan 2 ekor kerbau serta uang yang setara dengan tingkat kasta pada perempuan sedangkan sekarang ini, pemberian paca (mas kawin) itu berupa 1 ekor sapi dan 1 ekor babi serta uang yang setara dengan tingkat pendidikan seorang perempuan. 3). Sifat dan Tujuan Antara Perkawinan Gereja Katolik dan Perkawinan Adat Wagal memiliki sifat dan tujuan yang hampir sama yaitu kedua perkawinan ini bersifat monogam dan tak terceraikan serta memiliki tujuan yaitu untuk kesejahteraan suami isteri, kelahiran anak, dan pendidikan anak. Kata kunci: Mas kawin, Perkawinan adat, wagal