Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

ANALISIS PUISI NYANYIAN AKAR RUMPUT KARYA WIJI THUKUL MELALUI PERSPEKTIF MICHAEL RIFFATERRE Abror, Muchlas; Puji Rahayu, Frida; Dapubeang, Abdul Rahim Arman Putera
Jubindo: Jurnal Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 9 No 3 (2024): Jubindo: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Timor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis antologi puisi Nyanyian Akar Rumput karya Wiji Thukul melalui pendekatan semiotika Michael Riffaterre. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya puisi sebagai medium kritik sosial dan refleksi realitas sosial-politik yang tidak langsung. Teori semiotika Riffaterre dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik memungkinkan pengungkapan makna mendalam melalui simbol-simbol, matriks, model, varian, dan hipogram. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik baca, simak, dan catat untuk mengumpulkan data dari puisi-puisi terpilih. Analisis dilakukan dalam tiga tahapan utama: pembacaan heuristik, hermeneutik, dan identifikasi unsur semiotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hipogram pada Puisi di Kamar dan Aku Masih Utuh dan Kata-Kata Belum Binasa, mencerminkan pengalaman hidup penyair dalam menghadapi represi sosial-politik. Hipogram pada puisi ini terhubung dengan perjuangan rakyat melawan ketidakadilan, di mana "kata-kata" menjadi simbol ketahanan dan perlawanan. Sementara matriks pada puisi tersebut yaitu tentang perjuangan untuk mempertahankan kebebasan dan kreativitas di tengah tekanan. Model berupa simbol konkret seperti "langit kelabu" yang menggambarkan kesuraman, "burung dara" yang merepresentasikan harapan di tengah keterasingan, dan "tumpukan buku serta bau bantal" yang melukiskan keterbatasan intelektual di ruang sempit. Sementara varian menunjukkan adanya dinamika antara pasifitas dan aktivitas. Misalnya, pergeseran dari deskripsi ruang statis menjadi aktivitas proaktif seperti "menulis" menggambarkan keteguhan penyair untuk melawan ketakutan dan ketidakpastian. Puisi-puisi tersebut tidak hanya menyuarakan kritik sosial, tetapi juga menjadi representasi perlawanan terhadap otoritas yang menindas.