Sampah baterai yang tidak dikelola berpotensi mencemari lingkungan akibat kandungan logam-logam beratnya. Kondisi tersebut mendorong pemanfaatan biobaterai dari limbah pengolahan makanan populer di Indonesia, yakni tahu. Geliat industri tahu yang menjamur di kota peneliti, Semarang, menghasilkan limbah cair yang dominan terbuang. Kandungan asam asetat dalam limbah tersebut didayagunakan sebagai elektrolit biobaterai yang dioptimalkan melalui fermentasi, dipadatkan dengan tepung ampas kelapa, dan diperkuat larutan KCl 40%. Penelitian ini bertujuan menganalisis gaya gerak listrik (GGL), penurunan daya listrik dalam rangkaian LED, dan komposisi optimum biobaterai dalam variasi komposit tepung ampas kelapa dan fermentasi limbah cair tahu dengan rasio b/v 0, 25, 50, 75, dan 100% (g/mL). Biobaterai dibuat dengan mensubstitusi pasta baterai ABC Dry Cell tipe AA bekas. Baterai ABC baru turut diuji sebagai kelompok kontrol. Hasil uji GGL optimal diperoleh BIO-KOTAK komposisi 25% dengan rata-rata perolehan 1,59 ± 0,03 V. Rerata GGL tersebut sama besarnya dengan kelompok baterai kontrol menurut analisis ANOVA. Rata-rata penurunan daya listrik terbesar juga diperoleh BIO-KOTAK komposisi 25% (13,77; 3,74; 3,64; 2,89; 2,08; 1,4; 1,38 mW). Menurut analisis Kruskal-Wallis, rerata penurunan daya pada masing-masing komposisi bernilai sama. Komposisi optimum BIO-KOTAK ditemukan pada rasio 25%.