This study aims to determine the effect of reed rhizome extract at concentrations of 8 ml, 12 ml, 16 ml, and 20 ml on the growth of teki grass. A randomized block design was used with five treatments and six replications. The herbicide spraying process was carried out every four days at 8:00 AM, with a spraying volume of 250 ml per polybag. Data collection was conducted every four days until ten sets of observation data were obtained. The data were analyzed using various statistical methods. The Smallest Significant Difference (SSD) test was performed at the 5% significance level if significant differences were found. The analysis continued with the calculation of the percentage of teki grass mortality. The results indicated that the lowest mortality rate occurred in the t1 treatment (8 ml), while the highest mortality was observed in the t4 treatment (20 ml), with an average mortality rate of 1.20%. This is due to the high concentration of herbicides that control teki grass weeds. These results support the allelopathic theory, which suggests that the phenolic compounds in reeds may act as growth inhibitors. The implications of this research contribute to sustainable agricultural practices.ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak rimpang alang-alang pada konsentrasi 8 ml, 12 ml, 16 ml, 20ml terhadap pertumbuhan rumput teki. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 5 perlakuan dan 6 ulangan. Proses penyemprotan herbisida dilakukan setiap 4 hari sekali pada pukul 08.00 WIB dengan volume penyemprotan sebanyak 250 ml tiap polybag. Pengambilan data dilakukan setiap 4 hari sekali sampai mendapatkan 10 data pengamatan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam, jika terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Metode analisis dilanjutkan menghitung persentase kematian rumput teki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematian terendah pada perlakuan t1 (8ml) dan kematian tertinggi terdapat pada perlakuan t4 (20ml) dengan rata-rata kematian sebesar 1.20. Hal ini disebabkan karena tingginya konsentrasi herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma rumput teki. Hasil ini mendukung teori alelopati yang menunjukkan bahwa fenol dalam alang-alang berpotensi bertindak sebagai stimolator pertumbuhan. Implikasi penelitian ini mengarah pada praktik pertanian berkelanjutan.