Fluor albus, yang juga dikenal sebagai keputihan adalah cairan yang keluar dari saluran vagina dan merupakan gejala penyakit kelamin yang dapat menyerang wanita. Indonesia sering mengalami masalah kulit akibat infeksi jamur, hal ini disebabkan oleh iklim tropis yang membuat cuaca panas dan lembab. Selain itu, kurangnya kebersihan tubuh, terutama pada kulit, juga berperan dalam timbulnya masalah ini. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan vaginal douche dengan perbandingan konsentrasi ekstrak herba bandotan dan bunga kecombrang sebesar 2%: 4%, 3%: 3%, dan 4%: 2%, menggunakan metode eksperimen. Tahapan dalam penelitian ini dimulai dengan pengumpulan simplisia, ekstraksi etanol dari herba bandotan dan bunga kecombrang, kemudian dilakukan skrining fitokimia. Sabun cair vaginal douche yang telah dibuat diuji untuk uji organoleptik, homogenitas, stabilitas, pH, daya sebar, viskositas, tinggi busa dan efektivitas antijamur. Ekstrak etanol dari tanaman ini diuji dengan mengukur diameter hambatan terhadap spesimen cairan vagina dengan uji ALT, serta uji kesukaan dan iritasi pada kulit sukarelawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid/triterpenoid, dan glikosida merupakan komponen metabolit sekunder yang ditemukan pada tanaman bandotan dan bunga kecombrang, sesuai dengan hasil skrining fitokimia. Semua formula vaginal douche yang mengandung ekstrak etanol herba bandotan dan bunga kecombrang memenuhi persyaratan mutu fisik. Panelis sangat menyukai konsentrasi ekstrak etanol herba bandotan 4%: bunga kecombrang 2% karena aroma, bentuk, dan warnanya, serta kemudahan pengaplikasiannya tanpa menyebabkan iritasi kulit. Selain itu, efektivitas antijamur yang diuji menunjukkan penurunan jumlah koloni jamur pada spesimen cairan vagina sukarelawan sebesar 79,33%.