Wilayah Karame di Kota Manado merupakan zona merah rawan banjir yang berdampak signifikan terhadap kehidupan penduduk, khususnya kelompok lanjut usia (lansia). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bentuk resiliensi lansia dan peran dukungan sosial dalam menghadapi bencana banjir. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam terhadap tiga orang lansia yang berdomisili di wilayah Karame dan telah mengalami banjir berulang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia membentuk ketahanan psikologis melalui kombinasi tiga aspek utama resiliensi menurut Grotberg (1999): I Have (dukungan sosial dari masyarakat dan pemerintah), I Am (kekuatan pribadi dan spiritualitas), dan I Can (kemampuan bertindak dan penyesuaian diri). Dukungan sosial terbukti menjadi faktor eksternal yang sangat membantu dalam proses pemulihan pascabencana, sedangkan kekuatan religius dan pengalaman hidup memperkuat dimensi resiliensi internal. Penelitian ini menegaskan pentingnya strategi intervensi kebencanaan yang lebih inklusif dan memperhatikan kebutuhan lansia secara spesifik. Diperlukan keterlibatan aktif dari pemerintah, masyarakat, dan keluarga dalam membangun sistem dukungan yang berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan lansia di wilayah terdampak bencana. Kata kunci: resiliensi, lansia, dukungan sosial, banjir, Karame, psikologi bencana