Fokus lintas budaya difokuskan pada budaya sejarah—konselor harus memahami budaya klien psikososial, konselor harus memahami ras, etnik, dan emosi klien—untuk menghindari teori konseling yang terbatas secara budaya. Tindakan, percakapan, dan tingkah laku kelompok sosial klien untuk komunikasi yang efektif, dan terakhir, secara saintifik ideologis, konselor harus menggunakan pendekatan konseling yang tepat untuk menangani masalah konseling regional, nasional, dan internasional. Hubungan antara kebudayaan dan bimbingan dan konseling: Kebudayaan sangat berpengaruh pada keberhasilan konseling karena budaya dapat menentukan dan menemukan cara individu memahami dalam proses bimbingan dan konseling. Serta metode apa yang akan digunakan untuk memberikan layanan kepada klien. Mengingat bahwa klien yang akan dilayani oleh konselor berbeda-beda dari segi asal, ideologi, dan adat istiadat, sikap dan tingkah laku klien dapat dipengaruhi secara tidak langsung. Oleh karena itu, konselor harus memiliki kemampuan atau karakter yang dapat disesuaikan dengan situasi klien. Kebudayaan dan manusia saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan dapat memengaruhi sikap, perilaku, gagasan, dan keyakinan seseorang. Seperti halnya dalam kehidupan sehari-hari, konselor harus berhubungan dengan klien yang berbeda dari berbagai latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi, sehingga perlakuan dalam memberikan layanan yang diberikan juga akan berbeda. Karena itu, konselor harus memiliki kemampuan dan kepribadian yang mampu menyesuaikan dengan kondisi klien yang akan ia temui nanti, agar konseling yang akan diberikan itu berhasil. Kata Kunci: Konselor, Lintas Budaya, Konseling.