Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Tantangan Konselor Dalam Konseling Lintas Budaya Asyifah Nabila; Asbi; Yunissa Aristi Anggraina; Tengku Ananda Fitri Syakinah
Jurnal Inovasi Pembelajaran dan Pendidikan Islam [JIPPI] Vol. 2 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/jippi.v2i2.56

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tantangan konselor lintas budaya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang mengumpulkan data melalui studi literatur yang bersumber dari buku dan jurnal. Penelitian ini menemukan bahwa konseling lintas budaya tidak lepas dari tantangan yang dihadapi oleh konselor, sehingga konselor harus mampu mengatasinya dengan baik agar tidak menimbulkan kesalahpahaman yang berujung pada konflik. Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah konselor harus memahami dan memperhatikan budaya klien dengan baik. Kata Kunci: Tantangan, Konselor, Konseling Lintas Budaya.
Hubungan Bimbingan Konseling Dengan Kebudayaan Indis Muslikha; Asbi; Muhammad Febrian Tanjung; Saskia Tiara Ulfa
Jurnal Inovasi Pembelajaran dan Pendidikan Islam [JIPPI] Vol. 3 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/jippi.v3i1.52

Abstract

Fokus lintas budaya difokuskan pada budaya sejarah—konselor harus memahami budaya klien psikososial, konselor harus memahami ras, etnik, dan emosi klien—untuk menghindari teori konseling yang terbatas secara budaya. Tindakan, percakapan, dan tingkah laku kelompok sosial klien untuk komunikasi yang efektif, dan terakhir, secara saintifik ideologis, konselor harus menggunakan pendekatan konseling yang tepat untuk menangani masalah konseling regional, nasional, dan internasional. Hubungan antara kebudayaan dan bimbingan dan konseling: Kebudayaan sangat berpengaruh pada keberhasilan konseling karena budaya dapat menentukan dan menemukan cara individu memahami dalam proses bimbingan dan konseling. Serta metode apa yang akan digunakan untuk memberikan layanan kepada klien. Mengingat bahwa klien yang akan dilayani oleh konselor berbeda-beda dari segi asal, ideologi, dan adat istiadat, sikap dan tingkah laku klien dapat dipengaruhi secara tidak langsung. Oleh karena itu, konselor harus memiliki kemampuan atau karakter yang dapat disesuaikan dengan situasi klien. Kebudayaan dan manusia saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan dapat memengaruhi sikap, perilaku, gagasan, dan keyakinan seseorang. Seperti halnya dalam kehidupan sehari-hari, konselor harus berhubungan dengan klien yang berbeda dari berbagai latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi, sehingga perlakuan dalam memberikan layanan yang diberikan juga akan berbeda. Karena itu, konselor harus memiliki kemampuan dan kepribadian yang mampu menyesuaikan dengan kondisi klien yang akan ia temui nanti, agar konseling yang akan diberikan itu berhasil. Kata Kunci: Konselor, Lintas Budaya, Konseling.
Penerapan Layanan Konseling Individual dengan Menggunakan Pendekatan Gestalt Untuk Mengurangi Stres Akademik Siswa di SMKN 1 Percut Sei Tuan Husna Ayudia Salsabila; Asbi
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 9 No. 1 (2025): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study was conducted by researchers to address the issue of academic stress experienced by students at SMKN 1 Percut Sei Tuan. Academic stress is a state of pressure arising from school demands, such as numerous assignments and high expectations from teachers or the environment. This pressure can affect students' behavior in learning and impact both their academic performance and mental health. The purpose of this research is to reduce students' academic stress by implementing individual counseling services using the Gestalt approach. The Gestalt approach was chosen because it focuses on students' self-awareness, which is expected to help them view problems holistically and develop responsibility in addressing these issues. This study is a qualitative research with a descriptive approach, involving three students as subjects. Data were collected through observations and interviews to identify the factors of academic stress experienced by students and to evaluate the effectiveness of the counseling provided. Data analysis was carried out through reduction, data presentation, and conclusion drawing. The research findings indicate that individual counseling services using the Gestalt approach significantly reduce students' academic stress levels. Before counseling, students exhibited high-stress symptoms that affected their behavior and academic outcomes. After receiving counseling, they became more capable of managing their time and meeting academic demands more effectively. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi permasalahan stres akademik yang dialami siswa di SMKN 1 Percut Sei Tuan. Stres akademik adalah kondisi tekanan yang muncul akibat tuntutan sekolah, seperti banyaknya tugas dan ekspektasi yang tinggi dari guru atau lingkungan. Tekanan ini dapat memengaruhi perilaku siswa dalam belajar dan berdampak pada hasil akademik serta kesehatan mental mereka. Penelitian ini bertujuan mengurangi stres akademik siswa dengan menerapkan layanan konseling individual menggunakan pendekatan Gestalt. Pendekatan Gestalt dipilih karena berfokus pada kesadaran diri siswa, yang diharapkan dapat membantu mereka melihat masalah secara menyeluruh dan mengembangkan tanggung jawab untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, melibatkan tiga siswa sebagai subjek. Data diperoleh melalui observasi dan wawancara untuk mengidentifikasi faktor-faktor stres akademik yang dialami siswa dan untuk mengevaluasi efektivitas konseling yang diberikan. Analisis data dilakukan melalui proses reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan konseling individual dengan pendekatan Gestalt mampu mengurangi tingkat stres akademik siswa secara signifikan. Sebelum layanan konseling, siswa menunjukkan gejala stres tinggi yang berdampak pada perilaku dan hasil belajar. Setelah menerima konseling, mereka mulai mampu mengatur waktu dan memenuhi tuntutan akademik dengan lebih baik.
Penerapan Layanan Konseling Individual dengan Menggunakan Pendekatan Gestalt Untuk Mengurangi Stres Akademik Siswa di SMKN 1 Percut Sei Tuan Husna Ayudia Salsabila; Asbi
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 9 No. 1 (2025): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study was conducted by researchers to address the issue of academic stress experienced by students at SMKN 1 Percut Sei Tuan. Academic stress is a state of pressure arising from school demands, such as numerous assignments and high expectations from teachers or the environment. This pressure can affect students' behavior in learning and impact both their academic performance and mental health. The purpose of this research is to reduce students' academic stress by implementing individual counseling services using the Gestalt approach. The Gestalt approach was chosen because it focuses on students' self-awareness, which is expected to help them view problems holistically and develop responsibility in addressing these issues. This study is a qualitative research with a descriptive approach, involving three students as subjects. Data were collected through observations and interviews to identify the factors of academic stress experienced by students and to evaluate the effectiveness of the counseling provided. Data analysis was carried out through reduction, data presentation, and conclusion drawing. The research findings indicate that individual counseling services using the Gestalt approach significantly reduce students' academic stress levels. Before counseling, students exhibited high-stress symptoms that affected their behavior and academic outcomes. After receiving counseling, they became more capable of managing their time and meeting academic demands more effectively. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi permasalahan stres akademik yang dialami siswa di SMKN 1 Percut Sei Tuan. Stres akademik adalah kondisi tekanan yang muncul akibat tuntutan sekolah, seperti banyaknya tugas dan ekspektasi yang tinggi dari guru atau lingkungan. Tekanan ini dapat memengaruhi perilaku siswa dalam belajar dan berdampak pada hasil akademik serta kesehatan mental mereka. Penelitian ini bertujuan mengurangi stres akademik siswa dengan menerapkan layanan konseling individual menggunakan pendekatan Gestalt. Pendekatan Gestalt dipilih karena berfokus pada kesadaran diri siswa, yang diharapkan dapat membantu mereka melihat masalah secara menyeluruh dan mengembangkan tanggung jawab untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, melibatkan tiga siswa sebagai subjek. Data diperoleh melalui observasi dan wawancara untuk mengidentifikasi faktor-faktor stres akademik yang dialami siswa dan untuk mengevaluasi efektivitas konseling yang diberikan. Analisis data dilakukan melalui proses reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan konseling individual dengan pendekatan Gestalt mampu mengurangi tingkat stres akademik siswa secara signifikan. Sebelum layanan konseling, siswa menunjukkan gejala stres tinggi yang berdampak pada perilaku dan hasil belajar. Setelah menerima konseling, mereka mulai mampu mengatur waktu dan memenuhi tuntutan akademik dengan lebih baik.
Peningkatan Kebugaran Jasmani Melalui Gerakan Senam Ritmik Anak Indonesia Untuk Atlet Disabilitas National Paralympic Committee Sari, Mawar; Sari, Suci Perwita; Asbi
ABDI SABHA (Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat) Vol. 6 No. 2 (2025): Juni
Publisher : CERED Indonesia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53695/jas.v6i2.1314

Abstract

This training program aimed to improve the physical fitness of disabled athletes under the National Paralympic Committee (NPC) of North Sumatra Province through the application of Indonesian rhythmic gymnastics for children. The training method was adaptive and inclusive, tailored to the type and degree of each athlete’s disability. Conducted over several weeks, the program focused on enhancing muscular strength, flexibility, motor coordination, and athlete confidence. The results showed significant improvements in physical fitness indicators, marked by increased stamina, body flexibility, and enthusiasm in training. The program also boosted the athletes’ motivation and readiness to compete in the 17th National Paralympic Week (PEPARNAS) in 2024, held in Solo, Central Java. This training has proven that a culturally rooted approach such as Indonesian rhythmic gymnastics can serve as an effective alternative in coaching programs for athletes with disabilities. It is expected that this model can be replicated in other regions as part of the broader development of disability sports in Indonesia
DAMPAK BUDAYA DAN IDENTITAS TERHADAP PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR Hawari, Reza; Asbi; Fitri, Nabilla Hidayatul; Syaramadanti, Fitri
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 9 No. 2 (2025): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konseling merupakan profesi yang bertujuan membantu individu mengatasi permasalahan hidup dan mengembangkan potensi diri secara optimal. Dalam proses konseling, hubungan antara konselor dan klien sangat penting. Oleh karena itu, pengembangan pribadi konselor menjadi krusial agar dapat membangun hubungan terapeutik yang efektif. Salah satu faktor yang memengaruhi pengembangan pribadi konselor adalah budaya dan identitas. Budaya mencakup nilai-nilai, kepercayaan, tradisi, dan norma yang dianut suatu kelompok masyarakat, sedangkan identitas merujuk pada cara individu mendefinisikan diri terkait karakteristik seperti ras, etnis, gender, orientasi seksual, agama, dan status sosial-ekonomi. Konselor yang berasal dari latar belakang budaya dan identitas berbeda dengan klien dapat mengalami kesulitan memahami perspektif klien secara mendalam, sehingga berpotensi menimbulkan kesalahpahaman. Penelitian menunjukkan bahwa konselor yang memiliki kepekaan budaya dan pemahaman baik tentang identitas diri sendiri serta identitas klien akan lebih mampu membangun ikatan terapeutik efektif, memahami perspektif klien secara mendalam, dan memberikan intervensi yang tepat sesuai konteks budaya dan identitas klien. Oleh karena itu, konselor perlu mengembangkan kesadaran diri, kemampuan memahami dan menghargai budaya serta identitas klien, dan keterampilan komunikasi lintas budaya yang efektif. Pengembangan pribadi konselor terkait budaya dan identitas merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan komitmen jangka panjang. Konselor perlu terus merefleksikan dan mengevaluasi praktik mereka, serta berupaya meningkatkan kepekaan budaya, pemahaman identitas, dan keterampilan komunikasi lintas budaya agar dapat memberikan layanan konseling yang efektif, relevan, dan sensitif. Abstract Counseling is a profession that aims to help individuals overcome life problems and develop their potential optimally. In the counseling process, the relationship between the counselor and the client is very important. Therefore, the counselor's personal development is crucial in order to build an effective therapeutic relationship. One of the factors that influence the counselor's personal development is culture and identity. Culture includes the values, beliefs, traditions, and norms adopted by a community group, while identity refers to how individuals define themselves in terms of characteristics such as race, ethnicity, gender, sexual orientation, religion, and socio-economic status. Counselors who come from different cultural backgrounds and identities than their clients may have difficulty understanding the client's perspective in depth, potentially causing misunderstandings. Research shows that counselors who have cultural sensitivity and a good understanding of their own identity and the identity of the client will be better able to build an effective therapeutic bond, understand the client's perspective in depth, and provide appropriate interventions according to the client's cultural context and identity. Therefore, counselors need to develop self-awareness, the ability to understand and appreciate the client's culture and identity, and effective cross-cultural communication skills. Counselor personal development related to culture and identity is an ongoing process that requires long-term commitment. Counselors need to continue to reflect on and evaluate their practice, and strive to improve cultural sensitivity, understanding of identity, and cross-cultural communication skills in order to provide effective, relevant, and sensitive counseling services.
DAMPAK BUDAYA DAN IDENTITAS TERHADAP PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR Hawari, Reza; Asbi; Fitri, Nabilla Hidayatul; Syaramadanti, Fitri
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 9 No. 2 (2025): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konseling merupakan profesi yang bertujuan membantu individu mengatasi permasalahan hidup dan mengembangkan potensi diri secara optimal. Dalam proses konseling, hubungan antara konselor dan klien sangat penting. Oleh karena itu, pengembangan pribadi konselor menjadi krusial agar dapat membangun hubungan terapeutik yang efektif. Salah satu faktor yang memengaruhi pengembangan pribadi konselor adalah budaya dan identitas. Budaya mencakup nilai-nilai, kepercayaan, tradisi, dan norma yang dianut suatu kelompok masyarakat, sedangkan identitas merujuk pada cara individu mendefinisikan diri terkait karakteristik seperti ras, etnis, gender, orientasi seksual, agama, dan status sosial-ekonomi. Konselor yang berasal dari latar belakang budaya dan identitas berbeda dengan klien dapat mengalami kesulitan memahami perspektif klien secara mendalam, sehingga berpotensi menimbulkan kesalahpahaman. Penelitian menunjukkan bahwa konselor yang memiliki kepekaan budaya dan pemahaman baik tentang identitas diri sendiri serta identitas klien akan lebih mampu membangun ikatan terapeutik efektif, memahami perspektif klien secara mendalam, dan memberikan intervensi yang tepat sesuai konteks budaya dan identitas klien. Oleh karena itu, konselor perlu mengembangkan kesadaran diri, kemampuan memahami dan menghargai budaya serta identitas klien, dan keterampilan komunikasi lintas budaya yang efektif. Pengembangan pribadi konselor terkait budaya dan identitas merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan komitmen jangka panjang. Konselor perlu terus merefleksikan dan mengevaluasi praktik mereka, serta berupaya meningkatkan kepekaan budaya, pemahaman identitas, dan keterampilan komunikasi lintas budaya agar dapat memberikan layanan konseling yang efektif, relevan, dan sensitif. Abstract Counseling is a profession that aims to help individuals overcome life problems and develop their potential optimally. In the counseling process, the relationship between the counselor and the client is very important. Therefore, the counselor's personal development is crucial in order to build an effective therapeutic relationship. One of the factors that influence the counselor's personal development is culture and identity. Culture includes the values, beliefs, traditions, and norms adopted by a community group, while identity refers to how individuals define themselves in terms of characteristics such as race, ethnicity, gender, sexual orientation, religion, and socio-economic status. Counselors who come from different cultural backgrounds and identities than their clients may have difficulty understanding the client's perspective in depth, potentially causing misunderstandings. Research shows that counselors who have cultural sensitivity and a good understanding of their own identity and the identity of the client will be better able to build an effective therapeutic bond, understand the client's perspective in depth, and provide appropriate interventions according to the client's cultural context and identity. Therefore, counselors need to develop self-awareness, the ability to understand and appreciate the client's culture and identity, and effective cross-cultural communication skills. Counselor personal development related to culture and identity is an ongoing process that requires long-term commitment. Counselors need to continue to reflect on and evaluate their practice, and strive to improve cultural sensitivity, understanding of identity, and cross-cultural communication skills in order to provide effective, relevant, and sensitive counseling services.