Remaja merupakan usia perkembangan dari kanak-kanak menuju dewasa, pada masa ini remaja dihadapkan dengan berbagai persoalan yang menyebabkan keberhasilan pembentukkan identitas diri remaja untuk menetapkan tujuan hidup yang ia pilih. Remaja yang kebingungan dan penuh kebimbangan dalam membuat konsep diri dapat diartikan sedang mengalami perilaku krisis identitas. Namun perilaku krisis identitas ini merupakan hal yang normal dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahapan perkembangan. Perilaku krisis identitas pada remaja merupakan kebimbangan remaja dalam membentuk konsep diri dan identitas diri. Perilaku krisis identitas pada remaja disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor penyebab yang berasal dari dalam diri remaja, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor penyebab yang muncul dari luar diri remaja. Pada tahap perkembangan ini, remaja membutuhkan dukungan dan motivasi yang kuat supaya mampu membentuk konsep diri yang kuat pula. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan empat partisipan remaja dalam rentang usia 15-18 tahun yang mengalami perilaku krisis identitas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, empat partisipan berinisial RFFU, RA, SNF, dan AF mengalami kebimbangan dan kebingungan dalam menetapkan tujuan hidup dan identitas diri partisipan itu sendiri. Partisipan RFFU mengalami krisis identitas yang berkaitan dengan pemilihan keputusan atas diri sendiri, sebab kekangan dari orang tua dan sulit mengekspresikan diri sendiri sebab lingkungan pertemanan. Partisipan RA mengalami krisis identitas yang berkaitan dengan pemilihan pendidikan lanjutan sebab keputusan melanjutkan pendidikan berada pada orang tua. Partisipan SNF mengalami krisis identitas berkaitan dengan kemampuan diri yang belum ditemukan, sebab selalu diatur oleh orang tua. Partisipan AF mengalami krisis identitas yang berkaitan dengan kebimbangan menentukan tujuan hidup sebab harapan orang tua dan lingkungan pertemanan yang tidak sesuai dengan kemampuan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap faktor yang melatarbelakangi para partisipan mengalami perilaku krisis identitas. Dengan metode penelitian kualitatif, studi literatur dan wawancara. Peneliti berharap hasi penelitian ini dapat berguna sebagai bahan literatur dan untuk penelitian selanjutnya.