Perayaan Idul Adha tidak hanya menjadi momen untuk memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan di kalangan masyarakat Muslim, tetapi juga sebagai ajang untuk menunjukkan kedermawanan kepada mereka yang kurang beruntung. Tradisi kurban tidak hanya mencerminkan nilai-nilai keagamaan, tetapi juga menggambarkan kepedulian terhadap kesetaraan sosial dan keadilan di antara sesama umat manusia. Melalui pengorbanan hewan kurban dan distribusi daging kepada yang membutuhkan, umat Muslim merasakan manfaat langsung dari solidaritas dan kepedulian dalam praktik agama mereka. Setiap tahunnya, jutaan umat Muslim mempersiapkan diri untuk merayakan Idul Adha dengan mengikuti tata cara yang telah ditetapkan dalam literatur keagamaan mereka. Pemilihan sapi dan kambing untuk kurban Idul Adha melibatkan pertimbangan teliti terhadap beberapa faktor. Sapi yang ideal untuk dikurbankan biasanya memiliki berat badan yang cukup besar dan kondisi fisik yang prima. Sapi yang dipilih harus bebas dari cacat fisik yang signifikan untuk memastikan bahwa dagingnya memberikan manfaat maksimal bagi penerima kurban. Pentingnya kesehatan sapi sebagai faktor krusial dalam menjalankan ibadah kurban dengan sepenuh hati. Kambing, sebagai alternatif umum dalam kurban Idul Adha, dipilih berdasarkan ukuran tubuh yang proporsional dan kesehatan yang baik. Hewan kurban pada Masjid Jabal Nur sebanyak 6 ekor sapi dan 16 ekor kambing, dimana pemeriksaan secara Ante Mortem dinyatakan sehat dan juga cukup umur. Sedangkan secara Post Mortem telah ditemukan sebanyak 2 ekor sapi yang terkena Fasciolla hepatica, sehingga dilakukan afkir pada organ hepar. Perlu dilakukannya pemberian obat cacing untuk menekan pertumbuhan Fasciolla hepatica serta memberikan himbauan terhadap ternak tentang pemberian obat cacing secara rutin