Pediculosis capitis merupakan infestasi parasit umum yang terutama menyerang anak-anak dan remaja. Meskipun biasanya dapat sembuh sendiri dan sembuh dengan pengobatan standar, kasus kronis dan rumit yang terkait dengan lesi sekunder dan dampak psikososial yang signifikan jarang terjadi. Kasus-kasus atipikal ini menimbulkan tantangan diagnostik dan terapi yang unik, yang memerlukan pendekatan yang komprehensif dan multidisiplin. Laporan ini menyajikan kasus seorang perempuan berusia 16 tahun dengan riwayat pruritus kulit kepala persisten selama dua tahun dan lesi sekunder yang disebabkan oleh pediculosis capitis yang tidak diobati. Pemeriksaan klinis menunjukkan papula eritematosa, ekskoriasi, dan krusta berdarah, disertai kutu dan telur kutu yang hidup. Diagnosis banding, termasuk tinea capitis dan dermatitis seboroik, secara sistematis disingkirkan. Penatalaksanaan meliputi terapi topikal, edukasi kebersihan, dan dukungan psikososial. Pengobatan awal menghasilkan perbaikan parsial, dengan berkurangnya pruritus dan penyembuhan lesi. Namun, kepatuhan terhadap pembersihan telur kutu dan sanitasi lingkungan tetap menjadi tantangan, yang menyoroti hambatan untuk mencapai penyembuhan total. Konseling psikososial mengatasi stigma dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Pedikulosis kapitis kronis dan rumit merupakan penyimpangan signifikan dari kasus-kasus umum, yang memerlukan pendekatan holistik yang memadukan pengobatan farmakologis, manajemen lingkungan, dan dukungan psikososial. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan strategi guna meningkatkan kepatuhan pengobatan dan pencegahan kasus kronis.