Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW Dalam Mengelola Keberagaman Komunitas Madinah: Sebuah Analisis Sosio-Religius Masyhur, Laila Sari; Afrilia, Else
Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia Vol. 5 No. 1 (2025): Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/cerdika.v5i1.2499

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi dakwah Nabi Muhammad SAW dalam mengelola keberagaman komunitas Madinah, dengan pendekatan sosio-religius. Keberagaman masyarakat Madinah yang terdiri dari berbagai kelompok, seperti kaum Muhajirin, Anshar, dan Yahudi, menjadi tantangan dalam membangun persatuan. Dakwah Nabi Muhammad SAW, melalui Piagam Madinah, menunjukkan bagaimana keberagaman dapat dikelola dengan bijaksana, menciptakan kedamaian, dan mengurangi potensi konflik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka, di mana data dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk jurnal dan dokumen sejarah. Analisis dilakukan secara deskriptif untuk memahami bagaimana dakwah Nabi Muhammad SAW mengatasi keberagaman dalam masyarakat Madinah, dengan menekankan prinsip-prinsip keadilan, toleransi, dan penghormatan terhadap hak setiap kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah sangat efektif dalam menciptakan masyarakat yang harmonis meskipun ada perbedaan agama, suku, dan etnis. Piagam Madinah yang dihasilkan Nabi Muhammad SAW menegaskan pentingnya kerjasama antar kelompok dan penghargaan terhadap kebebasan beragama. Dakwah Nabi Muhammad SAW juga menunjukkan bagaimana beliau berhasil menyatukan kelompok-kelompok yang berbeda, seperti kaum Muhajirin dan Anshar, melalui nilai-nilai ukhuwah Islamiyah. Keberhasilan ini juga tercermin dalam hubungan beliau dengan komunitas Yahudi di Madinah, yang diberikan kebebasan untuk menjalankan agama mereka dan berkontribusi dalam kehidupan sosial dan politik Madinah. Strategi dakwah ini mengajarkan pentingnya menciptakan solidaritas sosial dan mengedepankan prinsip saling menghormati di tengah keberagaman. Penelitian ini memberikan kontribusi penting terhadap pemahaman dakwah dalam menghadapi keberagaman, baik di masa lalu maupun dalam konteks sosial modern. Prinsip-prinsip yang diterapkan Nabi Muhammad SAW dalam mengelola keberagaman dapat dijadikan acuan dalam menciptakan masyarakat yang adil, damai, dan harmonis di era kontemporer.
METODE MUBADALAH DALAM TAFSIR KONTEMPORER: ANALISIS PENDEKATAN KESETARAAN GENDER FAQIHUDDIN ABDUL QODIR Afrilia, Else; Fauzan, Fadil
MAHABBAH : Jurnal Ilmu Ushuluddin Dan Pemikiran Islam Vol. 1 No. 2 (2025): MAHABBAH : Jurnal Ilmu Ushuluddin Dan Pemikiran Islam
Publisher : MAHABBAH : Jurnal Ilmu Ushuluddin Dan Pemikiran Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Isu kesetaraan gender dalam Islam menjadi topik yang semakin relevan dalam wacana keagamaan kontemporer. Penafsiran terhadap teks-teks keagamaan sering kali merefleksikan norma-norma patriarkal, sehingga memunculkan perlunya pendekatan baru yang lebih adil dan kontekstual. Salah satu pendekatan yang muncul sebagai respons terhadap bias gender dalam tafsir klasik adalah metode Mubadalah yang dikembangkan oleh Faqihuddin Abdul Qodir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsep dan implementasi metode Mubadalah dalam penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan relasi gender, khususnya dalam hal kepemimpinan perempuan, relasi suami-istri, dan pembagian warisan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan (library research). Data diperoleh dari literatur primer berupa karya Qira’ah Mubadalah dan literatur sekunder dari karya akademik lainnya. Analisis dilakukan secara deskriptif-analitis melalui tiga tahap: identifikasi konsep Mubadalah, analisis implementatif, dan evaluasi relevansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Mubadalah menawarkan paradigma tafsir yang berpijak pada prinsip kesalingan (reciprocality) dan keadilan. Tafsir dilakukan dengan memperhatikan konteks sosial, budaya, dan historis serta prinsip universal Islam. Dengan pendekatan ini, relasi gender dalam Al-Qur’an tidak lagi dilihat secara hierarkis, melainkan sebagai hubungan kemitraan yang setara. Metode ini menjadi kontribusi penting dalam membangun tafsir yang inklusif dan adil gender dalam masyarakat Muslim kontemporer.