Revolusi industri 4.0 telah mendorong tranformasi digital di berbagai sektor, termasuk sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang menjadi pilar penting perekonomian Indonesia. Salah satu bentuk pemanfaatan teknologi digital dalam kegiatan bisnis adalah social commerce, yang memungkinkan pelaku usaha memasarkan produksi melalui platform media sosial seperti TikTok. Namun, tingkat adopsi social commerce di Provinsi Jambi, khususnya di Kota Jambi, masih tergolong rendah dibandingkan daerah lain di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesiapan pelaku UMKM Kota Jambi dalam mengadopsi social commerce dengan menggunakan pendekatan Technology Readiness Acceptance Model (TRAM), yang menggabungkan aspek kepribadian pengguna terhadap teknologi dengan model penerimaan teknologi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan penyebaran kuesioner kepada pelaku usaha Mikro, serta analisis data mengggunakan Teknik Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimism belum cukup kuat untuk membentuk perceived ease of use dan perceived usefulness TikTok, sedangkan innovativeness berpengaruh signifikan terhadap kedua persepsi tersebut. Faktor negatif seperti discomfort dan insecurity tidak menunjukkan pengaruh signifikan, mengindikasikan bahwa hambatan psikologis terhadap penggunaan teknologi relatif rendah di kalangan pelaku UMKM Kota Jambi. Pada aspek niat menggunaan, hanya perceived usefulness yang berpengaruh signifikan terhadap intention to ise TikTok, sementara perceived ease of use tidak berpengaruh secara langsung. Temuan ini mendukung teori TAM lanjutan yang menyatakan bahwa manfaat yang dirasakan lebih berpengaruh dibandingkan sekedar kemudahan penggunaan. Implikasi dari penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pemerintahan dan pelaku industri dalam merancang strategi peningkatan literasi digital dan pemberdayaan UMKM melalui platform social commerce.