Pandemi COVID-19 menyebabkan penurunan permintaan dan pasokan BBM yang signifikan, dengan harga minyak PT Pertamina turun menjadi USD 20 per barel pada tahun 2020. Mengingat situasi tersebut, penelitian ini menganalisis manajemen risiko keuangan PT Pertamina dari tahun 2012 hingga 2023, menggunakan simulasi Monte Carlo, analisis sensitivitas, dan model regresi untuk mengevaluasi dampak berbagai risiko terhadap indikator keuangan seperti total pendapatan, ROA, ROE, NPM, dan EBIT. Simulasi Monte Carlo menunjukkan fluktuasi laba bersih yang cukup besar karena volatilitas harga minyak dan perubahan nilai tukar. Analisis sensitivitas mengidentifikasi risiko operasional sebagai hal yang penting bagi keberlanjutan keuangan, sementara risiko pasar positif dalam kondisi tertentu. Analisis regresi menunjukkan bahwa fluktuasi nilai tukar secara signifikan berdampak pada Total Pendapatan, tetapi harga minyak memiliki efek minimal pada ROA dan ROE. Analisis Altman Z-Score mengungkapkan tren kesehatan keuangan yang menurun, terutama antara tahun 2016 dan 2020, dengan peningkatan risiko kebangkrutan. Meskipun PT Pertamina mengalami pemulihan pada 2021-2023, PT Pertamina tetap berada di zona berisiko tinggi, membutuhkan langkah-langkah strategis seperti diversifikasi bisnis, optimalisasi rantai pasokan, dan kebijakan nilai tukar proaktif untuk memastikan stabilitas jangka panjang.