Agusta Fahlevie, Rinaldi
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perlindungan Hukum Kekerasan Seksual terhadap Anak oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Ahmadin, Ahmadin; Sujana, Jana; Karmila, Karmila; Migu, Didimus; Stephen Laoemuri, Jhon; Agusta Fahlevie, Rinaldi
Jurnal Hukum Indonesia Vol. 3 No. 2 (2024): Jurnal Hukum Indonesia
Publisher : Riviera Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58344/jhi.v3i2.708

Abstract

Banyaknya informasi di media massa mengenai kekerasan seksual terhadap anak telah mengejutkan Masyarakat. Kasus kekerasan seksual terhadap anak masih menjadi fenomena yang sangat memprihatinkan dikalangan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kurangnya keterbukaan dari pihak anak itu sendiri dan Masyarakat yang tidak melapor. Fakta menunjukkan bahwa kasus kekerasan seksual terhadap anak semakin meningkat, kekerasan ini tidak hanya dilakukan oleh orang lain, namun kekerasan seksual tersebut dapat terjadi di lingkungan keluarga, Serta dianggap sebagai orang-orang yang dikenal dan dekat dengan korban. Maka untuk mengakomodir, melindungi serta menjaga setiap laporan, keterangan yang disampaikan perlu adanya perlindungan yang diberikan oleh lembaga hukum yaitu Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban (LPSK) , sehingga dalam Penelitian penulis akan menguraikan atau membahas mengenai kekerasan seksual terhadap anak serta bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban (LPSK) sebagaimnana yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 31 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban. Dalam rangka menganalisis masalah tersebut tulisan ini menggunakan pendekatan atau paradigma yuridis normative, Dimana pembahasan dalam tulisan ini akan mengedepankan pendekatan konseptual (conceptual Aprroach) dan peraturan perundangan-undangan (statute Approach). Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam tulisan ini yaitu dengan mengunakan studi kepustakaan berupa bahan sekunder yang berkaitan kekerasan seksual terhadap anak dan Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban. Hasil penelitian ini berusaha untuk menjelaskan bagaimana kekerasan seksual terhadap anak, dampak kekerasan seksual serta perlindungan hukum yang didapatkan atau diberikan oleh Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban (LPSK) terhadap korban kekerasan seksual itu sendiri.
The Role of the State in Recognising the Customary Rights of Indigenous Peoples Yustihasana Untoro, Utami; Konny Umboh, Nova; Agusta Fahlevie, Rinaldi
Jurnal Mahkamah : Kajian Ilmu Hukum dan Hukum Islam Vol. 9 No. 1 June (2024)
Publisher : Institut Agama Islam Ma'arif NU (IAIMNU) Metro Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25217/jm.v9i1.4618

Abstract

This research evaluates the role of the state in recognising the customary rights of indigenous peoples. The issue at hand is conflict between indigenous peoples, private companies and individuals over the utilisation of customary land for various purposes. The focus of this research is a legal analysis of the role of state institutions in supporting the recognition and protection of customary rights of indigenous peoples. This research also aims to explain the relevance and purpose of state regulation in the recognition of indigenous peoples' customary rights in Indonesia, identify and analyse the problems faced by indigenous peoples' customary rights in Indonesia, even though normatively these rights have been recognised by the state and develop solutions for the fulfilment of indigenous peoples' customary rights in Indonesia by collaborating relevant theories.The type of research used is normative juridical, with an approach that involves the study of theories and concepts as well as research into legislation relevant to the topic. The results show that existing regulations are adequate, and the state is committed to recognising and protecting the rights of indigenous peoples. However, effective implementation still requires a more collaborative approach to overcome various obstacles.