Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Efek Kombinasi Epidural dan Obat Anti-inflamasi Nonsteroid terhadap Nyeri dan Kadar Prostaglandin Gaus, Syafruddin; Patellongi, Ilham Jaya; Budianto, Jeffri; Ahmad, Muh. Ramli
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (745.393 KB) | DOI: 10.15851/jap.v6n1.1288

Abstract

Kombinasi analgesia epidural (AE) dengan obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) seperti ketorolak dan parecoxib sebagai analgesia preventif diperlukan untuk mengurangi nyeri pascabedah. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek OAINS sebagai analgesia preventif pada pascabedah laparatomi ginekologi berdasar atas perubahan kadar prostaglandin-E2 (PGE2) dan intensitas nyeri. Penelitian bersifat eksperimental acak tersamar ganda dengan jumlah sampel 60 pasien. Penelitian dilakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar bulan Maret–Juni 2017. status fisik 1 dan 2 menjalani laparatomi ginekologi dengan anestesi epidural. Subjek dibagi 3 kelompok, yaitu ketorolak (K) 0,5 mg/kgBB intravena, parecoxib (P) 40 mg intravena, dan plasebo (N) NaCl 0,9% 2 mL yang diberikan 30 menit sebelum insisi, 8 jam, dan 16 jam pascabedah. Data dianalisis dengan uji one-way ANOVA, uji Exact Fischer, uji Mann-Whitney U pada batas kemaknaan α=5%. NRS=1 pada kelompok K dan P saat insisi hingga 16 jam pascabedah dan berbeda signifikan (p<0,05) dengan kelompok N; 15% mengalami peningkatan intensitas nyeri (NRS=2) 8 jam pascabedah. Kadar PGE2 pada plasebo paling tinggi (439,7±35,1; 481,7±60,1; 565,1±58,7), berbeda signifikan (p<0,05) dengan parecoxib (230,7±19,5; 221,4±16,4; 201,1±18,1). Ketorolak berada di antara keduanya. Simpulan, parecoxib dan ketorolak sebagai analgesia preventif yang dikombinasi AE pada pasien bedah laparatomi ginekologi dapat menekan nyeri dan mengurangi produksi PGE2. Efek parecoxib lebih kuat daripada ketorolak mengurangi produksi PGE2, tetapi sama kuatnya dalam menekan intensitas nyeri pascabedah laparatomi ginekologi.Kata kunci: Analgesia epidural, ketorolak, laparatomi ginekologi, parecoxib, PGE2
ANALISIS NILAI CLOTHING TIME, PROTHROMBINE TIME DAN ACTIVATED PARTIAL THROMBOPLASTINE TIME PADA REMAJA OBES Nelly, Nelly; Arief, Mansyur; Patellongi, Ilham Jaya
Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 5 (2018): MAGNA MEDICA
Publisher : Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.711 KB)

Abstract

Berdasarkan estimasi WHO, obesitas menjadi masalah kesehatan di dunia. Selain karena insidennya meningkat,juga karena obesitas menimbulkan berbagai komplikasi penyakit metabolik dan vaskuler  seperti sindrom metabolik, penyakit jantung, stroke dan gangguan pembekuan darah. Mengingat insiden obesitas pada saat ini telah mengalami pergeseran dari dewasa ke usia anak dan remaja serta berbagai komplikasi yang ditimbulkan oleh obesitas itu sendiri  maka dianggap perlu dilakukan deteksi dini adanya gangguan hemostasispada obesitas usia anak dan remaja untuk mencegah komorbiditas obesitas dikemudian hari. Desain penelitian ini adalah cross sectional study yang dilakukan di SMA Katolik Rajawali  Makassar dengan menggunakan sampel  siswa yang berumur sekitar 10-18 tahun. Dilakukan pemeriksaan antropometrik dan pemeriksaan nilai Clothing Time (TT), Prothrombine Time (PT) dan Activated Partial Thromboplastine Time(aPTT). Obesitas dinyatakan berdasarkan Kategori IMT yang ditentukan berdasarkan ambang batas Z-Score sedangkan kategorilingkar pinggang ditentukan berdasarkan Waist Circumfrence for Hong Kong Chinese Children (2008). Data dianalisis dengan independent t-test untuk menilai perbedaan nilai CT, PT dan aPTT pada remaja obes dan berat badan normal sedangkan  uji korelasi pearson digunakan untuk melihat adanya hubungan antara IMT dan LP dengan nilai CT, PT dan aPTT pada remaja obes. Subyek adalah siswa siswi SMA Katolik Rajawali Makassar dengan rerata umur 15 tahun terdiri dari 33 orang laki-laki (22 obesitas,11 normal) dan 16 perempuan (5 obesitas,11 normal). Didapatkan perbedaan bermakna antara nilai CT, PT dan aPTT pada remaja obes dan berat badan normal. Nilai rata-rata CT, PT dan  pada kelompok normal adalah masing-masing aPTT 11±1,23; 13,86 ± 0,63 detik ; 32,90 + 1,77 detik dan pada kelompok obes adalah nilai CT,PT dan aPTT adalah 9 ±1,7; 13,11 + 0,59 detik dan 31,92+3,82 detik. Selain itu, terdapat korelasi negatif antara nilai CT,PT dan LP pada remaja obes namun tidak ditemukan adanya korelasi antara IMT dan LP dengan nilai aPTT pada remaja obes. Nilai CT, PT dan aPTT pada remaja obes cenderung memendek dibandingkan dengan berat badan normal.Semakin tinggi nilai IMT dan LP, maka nilai CT, PT dan aPTT semakin memendek.   Keywords : obesitas, remaja CT,PT,aPTT