Masalah yang muncul dikalangan santri setelah lulus dari pondok pesantren, santri tidak tahu apa yang harus dilakukan di tengah masyarakat dikarenakan santri tidak mendapatkan pelatihan yang mengarah pada pembekalan life skill terutama vocational skill. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang potensi pendidikan vokasional, urgensi serta diferensiasi pola pendidikan kecakapan vokasional di Pondok Pesantren Daarul Quran. Penelitian ini menggunakan metode field research dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, focus group discussion dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model miles and huberman yaitu reduksi, display data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menggambarkan bahwa: Pola pendidikan vokasional Egle Gedrimiene meliputi empat level yaitu government, institusional, teacher dan student level. Namun pola ini berbeda dengan pola yang diadopsi pesantren yang terdiri atas tujuh level yaitu society, institusional, partnership, instructor, student and society level dan barokah level. Urgensi pendidikan vokasional menurut Eisenhower dalam teori urgent dan important membedakan kategori menjadi empat yaitu not urgent but important, urgent and important, not urgent and not important, urgent and not important. Pengkategorian tersebut memberikan gambaran bahwa pada kategori not urgent, but important di Daarul Quran terdiri atas beberapa program yaitu las, dasar kelistrikan, haramain mart. Pada kategori urgent and important, di Daarul Quran terdiri atas program mengemudikan mobil, desain grafis, teknisi pemrograman komputer.