Kemitraan closed loop menjadi upaya untuk menghubungkan produksi dan pemasaran. Model bisnis hortikultura closed loop terintegrasi dari hulu sampai hilir, dengan ekosistem digital serta pemasaran, didukung sistem logistik yang lebih baik. Tujuan kemitraan closed loop antara lain : Pertama, meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Kedua, membantu petani mulai dari proses budidaya hingga pekerjaan pasca panen. Ketiga, memastikan stabilitas pasar. Keempat, stabilitas pasokan dan tingkat harga tetap terjaga sehingga inflasi tetap terjaga. Di antara tujuan-tujuan tersebut, salah satu tujuan utama yang dianggap sebagai indikator keberhasilan kemitraan closed loop adalah peningkatan pendapatan petani. Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura penting di Indonesia. Umumnya sebagian besar penduduk Indonesia mengonsumsi cabai sebagai bumbu penyedap masakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan usahatani cabai yang berbasis kemitraan closed loop, untuk mengetahui pendapatan usahatani cabai yang berbasis kemitraan closed loop dan untuk mengetahui pengaruh kelembagaan koperasi, kelembagaan permodalan dan kelembagaan pemasaran terhadap pendapatan usahatani cabai yang mengikuti kemitraan closed loop. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Populasi penelitian adalah petani cabai yang melaksanakan model kemitraan closed loop. Sampel yang digunakan sebanyak 74 orang dengan teknik simple random sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan regresi berganda. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara simultan kelembagaan koperasi, kelembagaan permodalan dan kelembagaan pemasaran berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani cabai berbasis model kemitraan closed loop. Dengan demikian perlu adanya penguatan di kelembagaan koperasi, peningkatan pelayanan kemudahan di lembaga permodalan dan diversifikasi lembaga pemasaran.