Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PHENYTOIN TO IMPROVE HEALING OF ENTEROCUTANEOUS FISTULA : A CASE REPORT Prayitno, Cesario Budi; Irianto, Hengky Prabowo
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i1.43581

Abstract

Fistula enterokutan adalah komunikasi abnormal antara usus dan kulit. Fistula enterokutan paling sering berkembang sebagai komplikasi pasca operasi operasi usus. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa fenitoin dapat meningkatkan penyembuhan luka dan menginduksi fibrosis yang lebih cepat. Kami menyajikan kasus fistula enteroketan pasca-eksplorasi laparatomi dan adhesi usus lisis yang diobati menggunakan fenitoin. Fistula enterokutan (ECF) mewakili kondisi klinis yang menantang yang sering menyebabkan morbiditas yang berkepanjangan dan peningkatan biaya perawatan kesehatan. Manajemen ECF biasanya melibatkan dukungan nutrisi, drainase, dan, dalam beberapa kasus, intervensi bedah. Namun, proses penyembuhan fistula ini bisa lambat dan rumit oleh berbagai faktor seperti infeksi, kekurangan gizi, dan penyembuhan jaringan yang buruk. Laporan kasus ini mengeksplorasi penggunaan fenitoin, antikonvulsan yang dikenal karena peran potensialnya dalam penyembuhan luka, sebagai terapi tambahan untuk meningkatkan proses penyembuhan fistula enterokutan. Pasien dalam laporan ini mengalami ECF kronis setelah operasi perut dan menunjukkan penutupan parsial meskipun manajemen konvensional. Fenitoin diberikan sebagai bagian dari rejimen terapeutik, dan perbaikan penting dalam penutupan fistula diamati. Kasus ini memberikan bukti awal yang menunjukkan bahwa fenitoin mungkin memiliki efek menguntungkan pada penyembuhan luka, terutama dalam kasus di mana perawatan tradisional gagal mempercepat penutupan. Mekanisme yang diusulkan melibatkan modulasi sintesis kolagen dan aktivitas fibroblas, yang penting untuk perbaikan jaringan. Sementara studi lebih lanjut diperlukan untuk memvalidasi temuan ini, kasus ini menyoroti potensi fenitoin sebagai pilihan pengobatan alternatif untuk meningkatkan penyembuhan fistula enterokutan, terutama pada pasien dengan kasus refrakter.
Manifestasi Luka Bakar Mayor Dengan Resiko Trauma Inhalasi: Laporan Kasus Fauzi, Syqiya Aqillanisah; Lestari, Puri Ambar; Prayitno, Cesario Budi
Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia Vol. 5 No. 3 (2025): Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/cerdika.v5i3.2552

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kasus luka bakar dengan trauma inhalasi pada seorang wanita berusia 64 tahun yang mengalami luka bakar akibat percobaan bunuh diri suaminya. Pasien datang dengan total area luka bakar sebesar 48,5% (TBSA), mencakup luka bakar superficial hingga full-thickness di berbagai bagian tubuh. Evaluasi awal trauma inhalasi dilakukan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, tetapi tidak ditemukan indikasi kuat seperti jelaga atau batuk produktif. Penentuan luas luka bakar menggunakan metode Wallace’s Rule of Nines. Diagnosis dan pemantauan trauma inhalasi dilanjutkan dengan bronkoskopi untuk menilai kerusakan saluran pernapasan dan CT scan toraks untuk mendeteksi edema paru atau komplikasi lainnya. Gas darah arteri diambil untuk mengevaluasi status oksigenasi dan asidosis yang mungkin timbul akibat trauma inhalasi. Penatalaksanaan awal mencakup resusitasi cairan, pemberian antibiotik, analgesik, terapi anti-tetanus, dan wound dressing dengan sulfadiazin silver. Analisis kasus ini menekankan pentingnya evaluasi dini trauma inhalasi pada pasien dengan luka bakar ekstensif untuk mencegah komplikasi fatal. Penanganan yang tepat diperlukan, terutama pada kelompok usia lanjut yang berisiko tinggi. Tujuan penelitian ini juga mencakup pengembangan protokol penanganan yang lebih efektif dan meningkatkan kesadaran tenaga medis tentang penilaian menyeluruh. Hasil menunjukkan bahwa intervensi yang komprehensif dan tepat waktu sangat krusial untuk meningkatkan outcome klinis, serta meminimalkan dampak jangka panjang dari luka bakar dan trauma inhalasi.