Pelayanan farmasi di fasilitas kesehatan primer di Indonesia umumnya masih bersifat administratif dan belum terintegrasi secara optimal dalam proses pelayanan klinik. Kondisi ini berdampak pada rendahnya tingkat keselamatan pasien dan masih banyaknya praktik penggunaan obat yang tidak rasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengevaluasi model integratif pelayanan farmasi guna meningkatkan keselamatan pasien dan rasionalitas penggunaan obat. Penelitian ini menggunakan desain mixed methods dalam tiga fase: eksplorasi melalui wawancara mendalam, observasi, dan diskusi kelompok terfokus; pengembangan model dengan metode Delphi bersama para pakar; serta evaluasi implementasi model secara kuantitatif dengan pendekatan pre-post test. Indikator evaluasi mencakup rasionalitas resep obat (mengacu pada indikator WHO), kejadian medication error, dan tingkat pemahaman serta kepuasan pasien terhadap edukasi obat. Model Integratif Farmasi Primer (MIFP) yang dikembangkan meliputi enam komponen utama: asesmen awal, kolaborasi interprofesi, dispensing dan edukasi pasien, monitoring terapi, evaluasi hasil penggunaan obat, dan umpan balik ke tim medis. Implementasi model selama tiga bulan menunjukkan peningkatan signifikan dalam penggunaan obat yang rasional, penurunan kejadian medication error hingga 45,8%, serta peningkatan pemahaman dan kepuasan pasien. MIFP terbukti efektif dalam meningkatkan mutu pelayanan farmasi di Puskesmas serta memberikan dampak positif terhadap keselamatan pasien dan rasionalitas penggunaan obat. Model ini layak direkomendasikan sebagai pedoman pelayanan farmasi klinik di tingkat layanan kesehatan primer.