Strongyloides stercoralis merupakan salah satu cacing parasit dari kelompok soil-transmitted helminths (STH) yang dapat menyebabkan strongyloidiasis. Infeksi ini sering tidak terdeteksi karena bersifat asimptomatis, namun dapat berujung pada komplikasi serius, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Penularan terjadi melalui kontak dengan tanah yang terkontaminasi larva infektif yang masuk ke tubuh melalui kulit atau membran mukosa. Di Indonesia, data epidemiologi infeksi ini masih terbatas, sehingga penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami distribusi dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi adanya larva Strongyloides sp dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan observasional. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Desa Bekoso dan Desa Damit, Kalimantan Timur, dengan lima titik pengambilan di masing-masing desa. Sampel diperiksa menggunakan metode Corong Baermann, yang dikenal efektif dalam mengisolasi larva nematoda dari tanah dan feses. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60% sampel tanah di Desa Bekoso dan 20% di Desa Damit positif mengandung larva Strongyloides sp. Intensitas larva lebih tinggi di Desa Bekoso, kemungkinan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Kesimpulannya, metode Corong Baermann terbukti efektif dalam mendeteksi larva Strongyloides sp. pada tanah. Diperlukan upaya pencegahan melalui peningkatan sanitasi dan edukasi masyarakat untuk mengurangi risiko infeksi.