Pembangunan di segala aspek bidang perlu diperhatikan dan harus dikembangkan, salah satunya pengembangan industri di bidang kesehatan terkait penyediaan infus, mengingat sediaan infus sangatlah penting. Kebutuhan infus untuk memenuhi permintaan rumah sakit di seluruh indonesia hingga 150 juta per tahun sedangkan baru setengahnya yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik dalam negeri, sementara sisa produknya diimpor dari berbagai negara. Hal ini mendorong perlunya didirikan pabrik intravenous infusion guna memenuhi kebutuhan infus dalam negeri sendiri sehingga dapat menekan kebutuhan impor. Tujuan studi ini adalah untuk melakukan analisis ekonomi terhadap kelayakan pendirian pabrik infus berbahan dasar sodium chloride. Pabrik intravenous infusion yang akan diredesain ini memiliki kapasitas 1100 ton/tahun, diharapkan mampu memenuhi 60% dari kebutuhan pasar nasional. Pabrik ini akan didirikan di Bogor yang merupakan posisi strategis di Jawa Barat dengan daerah yang berkembang pesat, sehingga dapat menawarkan akses yang baik ke pasar lokal dan regional serta mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Dari hasil analisis ekonomi diperoleh perhitungan TCI (Total Capital Investment) sebesar Rp 192.189.181.958, TPC (Total Production Cost) sebesar Rp 108.137.915.085, laba kotor sebesar Rp 45.275.087.481, laba bersih sebesar Rp 31.747.561.237, ROR (Rate of Return Investment) sebelum dan sesudah pajak sebesar 27,71% dan 19,43%, BEP (Break Even Point) sebesar 69,4%, SDR (Shut Down Rate) sebesar 34,6%, dan IRR (Interest Rate of Return) sebesar 21%. Pabrik intravenous infusion ini memiliki suku bunga tahunan yang lebih tinggi daripada bunga bank sehingga memungkinkan investor untuk berinvestasi pada pabrik ini sehingga pabrik intravenous infusion ini layak untuk didirikan.