Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Model Konsolidasi Konfigurasi Tapak Permukiman Berdasarkan Nilai Integrasi dan Konektivitas Spasial di Kelurahan Oesapa Jerobisonif, Aplimon; Mbake, Imanuel N.; Amabi, Debri A.
Tekstur (Jurnal Arsitektur) Vol 6, No 1 (2025): Tekstur
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/j.tekstur.2025.v6i1.7337

Abstract

Penelitian ini mengkaji konfigurasi spasial permukiman di Kelurahan Oesapa, Kota Kupang, yang tumbuh secara organik dan mengalami permasalahan rendahnya nilai konektivitas, integrasi, dan kejelasan tata ruang. Dengan pendekatan metode campuran, yaitu simulasi sintaks ruang menggunakan DepthmapX dan observasi aktivitas sosial masyarakat, penelitian ini menganalisis hubungan antara struktur spasial dan dinamika kehidupan urban. Tiga alternatif desain tapak dikembangkan dan dievaluasi. Model ketiga menunjukkan kinerja terbaik dengan peningkatan konektivitas dari 2,30 menjadi 4,02, integrasi dari 0,288 menjadi 0,470, penurunan kedalaman rata-rata dari 14,74 menjadi 10,80, dan peningkatan intelligibility dari 0,369 menjadi 0,620. Hasil ini menunjukkan lingkungan yang lebih efisien, mudah diakses, dan mendukung interaksi sosial. Temuan ini menegaskan pentingnya perancangan spasial dalam meningkatkan kualitas hidup di kawasan permukiman padat.
Penerapan Zonasi Vastu Citra Pada Perancangan Pusat Kesenian Wayang Tradisional Di Bali Mboro, Tegar Septian; Mbake, Imanuel N.; Hardy, I Gusti Ngurah Wiras
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 9 No 3 (2025): Jurnal Arsitektur ARCADE September 2025
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v9i3.4248

Abstract

Abstract:Traditional Balinese wayang, as a cultural heritage, faces the threat of extinction due to digitalization. This research proposes the design of a Wayang Arts Center in Pantai Lembang, Gianyar, as a medium for preserving the artistic meaning through an architectural metaphor approach, utilizing the natural beach lighting as a visual manifestation of "Suryangkara." The methodology begins with field observation, case studies, and secondary data analysis to identify design needs. Based on these findings, the design concept integrates three core principles: Transfer of Illumination, which transforms the philosophy of the cakra into the Vastu Citra structure; Subjective Perception, which creates a dual-stage interpreted as either Kayon (tree of life) or Ajna Chakra (eye of wisdom) depending on the viewer’s perspective; and Hybridization through QR codes embedded in cultural artifacts. This approach is synthesized with Vastu Citra zoning based on Nawa Sanga, linking deity-chakra associations and prana flows, and placing an open stage at the Brahmasthan as a cosmic axis. The result is a symbolic building serving as a space for the "rebirth" of wayang, where the integration of metaphor and Vastu Citra creates a functional space that also acts as a medium for cultural storytelling. The implication offers a locally rooted and adaptive design model for preserving traditional arts in the digital era. Keyword: Balinese wayang, metaphorical architecture, Vastu Citra, arts center, Suryangkara, chakra.  Abstrak: Wayang tradisional Bali sebagai warisan budaya menghadapi tantangan kepunahan akibat digitalisasi. Penelitian ini merancang Pusat Kesenian Wayang di Pantai Lembang, Gianyar, sebagai sarana pelestarian makna seni melalui pendekatan metafora arsitektur dengan memanfaatkan pencahayaan alami pantai sebagai manifestasi visual "Suryangkara". Metode diawali observasi lapangan, studi kasus, dan analisis data sekunder untuk mengidentifikasi kebutuhan desain. Berdasarkan temuan tersebut, konsep desain mengintegrasikan tiga prinsip kunci: (1) Transfer Keterangan mentransformasikan filosofi cakra ke dalam struktur Vastu Citra; (2) Persepsi Subjektif menciptakan panggung ganda yang dibaca sebagai Kayon (pohon kehidupan) atau Cakra Ajna (mata kebijaksanaan) bergantung perspektif pengamat; (3) Hibriditas melalui QR code pada artefak budaya. Pendekatan ini disinergikan dengan zonasi Vastu Citra berbasis Nawa Sanga yang menghubungkan asosiasi dewa-cakra dan aliran prana, serta menempatkan open stage di Brahmasthan sebagai poros kosmis. Hasilnya adalah bangunan simbolis sebagai ruang "kelahiran kembali" wayang, di mana integrasi metafora-Vastu Citra menciptakan ruang fungsional sekaligus medium narasi budaya. Implikasinya menawarkan model desain berbasis kearifan lokal yang adaptif untuk pelestarian kesenian tradisional di era digital Kata Kunci: wayang Bali, Metafora Arsitektur, Vastu Citra, Pusat Kesenian,  Suryangkara, cakra.  
A KAJIAN PRINSIP DESAIN ECO-CULTURE PADA BANGUNAN EDUCATIONAL CRAFTS CENTER DI KOTA SOLO Eo, Raimundus; Bahantwelu, Marianus; Mbake, Imanuel N.
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 9 No 3 (2025): Jurnal Arsitektur ARCADE September 2025
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v9i3.4268

Abstract

Abstract:The Eco-culture approach is an approach that considers natural conditions and local culture so that it becomes a combination of ecological and cultural approaches. In its application, the Eco-culture approach has 5 main principles that form the basis of design and development. This research aims to examine and explore the application of the 5 main principles in the Educational Crafts Center building. The method used in this research is descriptive qualitative. The results show that the 5 main principles of the Eco-culture approach are Image of Space (applying the shape of the building mass as a representation of the roof shape of a joglo house); Source of Environmental Knowledge (applying sensory experience through light and air conditioning elements); Building Image (using solo batik elements in building design); Technologies (representation and modification of the joglo house construction structure and the use of local materials); and Idealized Concept of Place (applying the concept of joglo house arrangement to the arrangement of building spaces starting from Pendopo as Lobby, Dalem as exhibition space, Senthong Kiwa as management office, Senthong Tengah as craftsman retail, Shentong Tengen as educational studio and library, Gandhok as Food Court). Keywords: Educational Crafts Center, Eco-Culture, Solo City Abstrak:Pendekatan Eco-culture merupakan pendekatan yang mempertimbangkan keadaan alam dan budaya setempat sehingga menjadi perpaduan antara pendekatan ekologi dan budaya. Dalam penerapannya, pendekatan Eco-culture memiliki 5 prinsip utama yang menjadi dasar perancangan dan pengembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengeksplorasi bagaimana penerapan 5 prinsip utama tersebut pada bangunan Educational Crafts Center. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 prinsip utama dari pendekatan Eco-culture yaitu Image of Space (menerapkan bentuk massa bangunan hasil representasi dari bentuk atap rumah joglo); Source of Environmental Knowledge (menerapkan pengalaman sensorik melalui elemen cahaya dan penghawaan); Building Image (menggunakan unsur batik solo dalam desain bangunan); Technologies (representasi dan modifikasi struktur konstruksi rumah joglo dan penggunaan material lokal); serta Idealized Concept of Place (menerapkan konsep penataan rumah joglo pada penataan ruang bangunan berawal dari Pendopo sebagai Lobby, Dalem sebagai ruang pameran, Senthong Kiwa sebagai kantor pengelola, Senthong Tengah sebagai retail pengrajin, Shentong Tengen sebagai studio edukasi dan perpustakaan, Gandhok sebagai Food Court). Kata Kunci: Educational Crafts Center, Eco-Culture, Kota Solo