Hardy, I Gusti Ngurah Wiras
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KONSEP-KONSEP LOKAL YANG MELATARBELAKANGI SISTEM PENGHAWAAN DAN PENCAHAYAAN RUMAH TRADISIONAL DI DUSUN PUCUNG, JAWA TENGAH Hardy, I Gusti Ngurah Wiras
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 7, No 1 (2020): April
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (457.43 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v7i1.35394

Abstract

Pucung merupakan salah satu dusun yang menjadi bagian dari pengembangan situs purbakala Sangiran di Jawa Tengah. Warga dusun masih hidup secara tradisional di dalam rumah sederhana, namun memiliki ruang, bentuk, dan sistem yang khas. Salah satunya adalah sistem penghawaan dan pencahayaan pada rumah tinggal yang minim bukaan, sehingga berbeda dengan standar rumah tinggal masa sekarang. Hal ini menarik untuk diteliti karena diduga terdapat konsep-konsep lokal yang melatarbelakangi sistem tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif untuk mendeskripsikan konsep-konsep lokal yang melatarbelakangi sistem penghawaan dan pencahayaan pada rumah tradisional di Dusun Pucung. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara mendalam, dan studi literatur yang dianalisis dengan teknik induktif. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat empat konsep yang melatarbelakangi sistem penghawaan dan pencahayaan pada rumah warga, yaitu: (1) rumah sebagai tempat perlindungan, (2) rumah sebagai domain keluarga, (3) tingkat penghawaan dan pencahayaan dalam rumah menunjukan tingkat privasi dan kesakralan ruang, dan (4) wujud keharmonisan dengan alam sekitar.LOCAL CONCEPTS IN AIR CIRCULATION AND LIGHTING SYSTEM OF TRADITIONAL HOUSE IN PUCUNG VILLAGE, CENTRAL JAVAPucung is one of a village in Sangiran, Central Java. It also part of an archaeology site development in that area. Pucung society lived traditionally in simple house construction. However, it supported by a unique style of rooms, shapes, and system values. Some of the uniqueness are the air circulation and lighting system in their house with limited ventilation, which seems different from modern house standard. The assumption of local concepts that might influence the construction system is interesting to be studied. This research uses a descriptive-qualitative method to describe the local concepts of air circulation and lighting systems that applicated in a traditional house in Pucung Village. The research data is collected through field-observation, in-depth interviews, and literature studies. All of them, then treated in inductive technique analysis. In general, there are four concepts result as the background of air circulation and lighting system in Pucung traditional house construction, such as (1) house as a shelter, (2) house as a family domain, (3) level of air circulation and lighting system inside the house refer to a privacy level and sanctity of the room, and (4) a form of harmony with the natural surroundings.
TIPOLOGI PENGEMBANGAN RUMAH SUBSIDI OLEH PENGHUNI DI KOTA KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) Hardy, I Gusti Ngurah Wiras; Maromon, Rifat Y. Y.; Amabi, Debri Andries
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 8, No 1 (2021): April
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v8i1.43062

Abstract

Rumah subsidi merupakan program pemerintah yang ditujukan kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk mendorong kepemilikan rumah dengan skema pembiayaan secara kredit yang disubsidi pemerintah. Program ini telah dimulai sejak tahun 2010 secara nasional termasuk di Kota Kupang NTT, yang bertujuan untuk mengatasi backlog perumahan dan mendorong tercapainya target satu juta rumah yang dicanangkan pemerintah. Fasilitas yang terdapat pada rumah subsidi di Kota Kupang, umumnya sudah layak dan memadai. Dalam perkembangannya, penghuni rumah subsidi di Kota Kupang mengembangkan rumahnya di lahan yang masih tersisa. Hal ini memunculkan fenomena pengembangan rumah subsidi oleh penghuni. Fenomena ini menarik untuk diteliti, untuk memperoleh pemahaman mengenai keragaman tipe pengembangan rumah subsidi dan pelbagai pertimbangan yang melatarbelakanginya. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif dengan paradigma rasionalistik untuk mengkaji tipologi pengembangan rumah subsidi berdasarkan teori dan kondisi empiris di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dirumuskan tiga tipe pengembangan rumah subsidi yang dirumuskan menurut kategorisasi dan kombinasi aspek pembentuk elemen pengembangan rumah pada ruang dalam, ruang luar dan fasad rumah. Keragaman tipe pengembangan rumah tersebut dilatarbelakangi oleh pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk mengoptimalkan fungsi rumah dalam memenuhi kebutuhan penghuni. TYPOLOGY OF SUBSIDIZED HOUSE DEVELOPMENT BY THE RESIDENT IN KUPANG CITY NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) The subsidized house is a government programming aimed at the Low-Income Communities (MBR) to encourage homeownership with a subsidized credit financing scheme by the government. Since 2010 the program has been started nationally, including in Kupang City-NTT, to overcome the backlog of housing and encourage the achievement of the one million house target set by the government. The facilities in Kupang City subsidized houses generally are proper and adequate. During its development, the residents of Kupang City subsidized houses are developed their houses on the remaining land, and it’s caused the phenomenon of subsidized housing development by its residents. This phenomenon is interesting to research and for understanding various types of developments subsidized houses and the various considerations behind it. This research used the qualitative research method approach with a rationalistic paradigm to examine the typology of the development of subsidized houses based on the theory and empirical conditions in the locations. Based on the research results, there are three types of developments of the subsidized houses that can be formulated according to the categorization and combination of forming aspects of home development elements in the interior, outer space, and house facades. The diverse types of house development are motivated by specific considerations to optimize the function of the house in meeting the needs of residents.
Penerapan Zonasi Vastu Citra Pada Perancangan Pusat Kesenian Wayang Tradisional Di Bali Mboro, Tegar Septian; Mbake, Imanuel N.; Hardy, I Gusti Ngurah Wiras
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 9 No 3 (2025): Jurnal Arsitektur ARCADE September 2025
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v9i3.4248

Abstract

Abstract:Traditional Balinese wayang, as a cultural heritage, faces the threat of extinction due to digitalization. This research proposes the design of a Wayang Arts Center in Pantai Lembang, Gianyar, as a medium for preserving the artistic meaning through an architectural metaphor approach, utilizing the natural beach lighting as a visual manifestation of "Suryangkara." The methodology begins with field observation, case studies, and secondary data analysis to identify design needs. Based on these findings, the design concept integrates three core principles: Transfer of Illumination, which transforms the philosophy of the cakra into the Vastu Citra structure; Subjective Perception, which creates a dual-stage interpreted as either Kayon (tree of life) or Ajna Chakra (eye of wisdom) depending on the viewer’s perspective; and Hybridization through QR codes embedded in cultural artifacts. This approach is synthesized with Vastu Citra zoning based on Nawa Sanga, linking deity-chakra associations and prana flows, and placing an open stage at the Brahmasthan as a cosmic axis. The result is a symbolic building serving as a space for the "rebirth" of wayang, where the integration of metaphor and Vastu Citra creates a functional space that also acts as a medium for cultural storytelling. The implication offers a locally rooted and adaptive design model for preserving traditional arts in the digital era. Keyword: Balinese wayang, metaphorical architecture, Vastu Citra, arts center, Suryangkara, chakra.  Abstrak: Wayang tradisional Bali sebagai warisan budaya menghadapi tantangan kepunahan akibat digitalisasi. Penelitian ini merancang Pusat Kesenian Wayang di Pantai Lembang, Gianyar, sebagai sarana pelestarian makna seni melalui pendekatan metafora arsitektur dengan memanfaatkan pencahayaan alami pantai sebagai manifestasi visual "Suryangkara". Metode diawali observasi lapangan, studi kasus, dan analisis data sekunder untuk mengidentifikasi kebutuhan desain. Berdasarkan temuan tersebut, konsep desain mengintegrasikan tiga prinsip kunci: (1) Transfer Keterangan mentransformasikan filosofi cakra ke dalam struktur Vastu Citra; (2) Persepsi Subjektif menciptakan panggung ganda yang dibaca sebagai Kayon (pohon kehidupan) atau Cakra Ajna (mata kebijaksanaan) bergantung perspektif pengamat; (3) Hibriditas melalui QR code pada artefak budaya. Pendekatan ini disinergikan dengan zonasi Vastu Citra berbasis Nawa Sanga yang menghubungkan asosiasi dewa-cakra dan aliran prana, serta menempatkan open stage di Brahmasthan sebagai poros kosmis. Hasilnya adalah bangunan simbolis sebagai ruang "kelahiran kembali" wayang, di mana integrasi metafora-Vastu Citra menciptakan ruang fungsional sekaligus medium narasi budaya. Implikasinya menawarkan model desain berbasis kearifan lokal yang adaptif untuk pelestarian kesenian tradisional di era digital Kata Kunci: wayang Bali, Metafora Arsitektur, Vastu Citra, Pusat Kesenian,  Suryangkara, cakra.  
Penerapan Pendekatan Arsitektur Biomimetik Pada Perancangan Botanical Tropicarum di Kota Kupang Djaga, Maria Angelika; Hardy, I Gusti Ngurah Wiras; Manu, Ariency Kale Ada
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 9 No 3 (2025): Jurnal Arsitektur ARCADE September 2025
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v9i3.4263

Abstract

Abstract:The Botanical Tropicarium is a place with high biodiversity, facing challenges related to the scarcity of endangered endemic flora species, especially in East Nusa Tenggara. This design not only provides an ex-situ conservation area, but also provides a place for education, recreation, and research. In response to this, a biomimetic architectural approach is applied in this design with the aim of imitating natural systems and a building structure that is extensive and adaptive to meet the needs of various types of plants with different habitat conditions. Biomimetic focuses on natural attributes, inspired by the shape of the leaves and branches of sandalwood trees, which are typical flora of East Nusa Tenggara, while applying open-close technology in the botanical dome building to control temperature, humidity, and air circulation within the dome. In an effort to present a spatial experience that is at one with nature, the design prioritizes the principles of sustainability and nature-based education. Keyword: Botanical Tropicarium, Biomimetic, Kupang, East Nusa Tenggara, Biodiversity, Conservation, Endemic Flora Abstrak: Botanical Tropicarium merupakan tempat dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, dalam menghadapi tantangan terkait kelangkaan spesies flora endemik yang terancam punah, terkhususnya di Nusa Tenggara Timur. Perancangan ini tidak hanya menyediakan tempat konservasi ex-sittu, namun juga menyediakan tempat sebagai sarana edukasi, rekreasi dan penelitian. Menanggapi hal tersebut, pendekatan arsitektur biomimetik diterapkan delam perancangan ini dengan tujuan meniru sistem alami dan struktur bangunan yang luas serta adaptif untuk memenuhi kebutuhan berbagai jenis tanaman dengan kondisi habitat yang berbeda. Biomimetik berfokus pada atribut alami, yang terinspirasi dari bentuk daun dan percabangan pohon cendana, yang merupakan flora khas Nusa Tenggara Timur, sekaligus menerapkan teknologi buka tutup pada bangunan dome botanical untuk pengendalian suhu, kelembapan dan sirkulasi udara dalam dome. Sebagai upaya menghadirkan pengalaman ruang yang menyatu dengan alam, perancangan mengedepankan prinsip keberlanjutan dan edukasi berbasis alam.   Kata Kunci: Botanical Tropicarium, Biomimetik, Ex-Situ, Nusa Tenggara Timur, Keanekaraaman Hayati, Konservasi, Flora Endemik