Menstruasi merupakan proses fisiologis yang terjadi secara siklik pada wanita, tetapi siklusnya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah stres. Stres dapat mengganggu regulasi hormon yang mengatur siklus menstruasi, menyebabkan ketidakteraturan seperti oligomenorea, polimenorea, atau amenorea. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan adanya hubungan antara tingkat stres dan ketidakteraturan siklus menstruasi, tetapi hasilnya masih beragam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat stres dan siklus menstruasi pada mahasiswi Universitas Advent Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 653 mahasiswi, dengan sampel sebanyak 248 responden yang dipilih menggunakan teknik proportional random sampling. Variabel independen adalah tingkat stres yang diukur menggunakan kuesioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS-42), sedangkan variabel dependen adalah keteraturan siklus menstruasi yang dinilai berdasarkan kuesioner siklus menstruasi. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat signifikansi p < 0,05. Mayoritas responden berada dalam kategori stres sedang (30,2%), diikuti stres berat (21,8%), dan stres ringan (17,7%). Sebanyak 73,0% responden memiliki siklus menstruasi yang normal, sedangkan 27,0% mengalami siklus menstruasi yang tidak normal. Hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai p = 0,586, yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dan siklus menstruasi pada mahasiswi Universitas Advent Indonesia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat stres tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan siklus menstruasi. Faktor lain seperti pola makan, aktivitas fisik, status gizi, dan gangguan hormonal kemungkinan lebih berperan dalam memengaruhi keteraturan siklus menstruasi.