Hasyim, Imam
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Etika Bertamu dalam Al-Qur’an (Analisis Penafsiran Ibnu Katsir Surat An-nur Ayat 27-29) Hasyim, Imam; ., Mahmudi
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 3 No. 2 (2018): Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada surah An-Nur ayat 27-29 ini berbicara mengenai etika bertamu. Adapun hukum, petunjuk dan pelajaran yang dapat kita ambil di antaranya adalah: Disunahkan ketika bertamu untuk mendahuluinya dengan salam sebelum meminta izin.Haram hukumnya bagi seseorang memandang ke dalam rumah yang bukan rumahnya tanpa izin.Tidak diperbolehkan meminta izin lebih dari tiga kali. Dalam artian jika telah meminta izin sebanyak 3 kali namun tidak ada jawaban dari pemilik rumah maka hendaklah pihak yang bertamu menunda keinginginannya.Jangan hanya mengatakan “saya” ketika ditanya oleh sipemilik rumah “siapa ini?” sebab hal tersebut dapat mengakibatkan kebingunan lantaran pemilik rumah tidak mengetahui secara pasti siapa yang bertamu.Sepantasnya bagi orang yang meminta izin tidak mengetuk pntu terlalu keras. Karena ini termasuk kurang mempunyai etika.Diriwayatkan dari Anas bin Malik, beliau berkata, “Pintu kediaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diketuk dengan menggunakan kuku.” (HR.Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad). Jika pemilik rumah menyuruh kembali, maka orang yang meminta izin harus kembali. Namun demikian bukan berarti pemilik rumah memiliki kebebasan untuk mengusir tamunya. Tetap harus menjaga perasaan yang bertamu. Tidak diperbolehkan memasuki rumah yang di dalamnya tidak ada seorang pun. Namun hal ini berbeda jika rumah atau tempat kediaman yang akan dimasuki sudah tidak ada penghuninya atau memang sudah tidak dihuni lagi. Sebagai tuan rumah haruslah memuliakan tamu. Dalam artian penyajiannya tidak bermaksud untuk bermegah-megah dan berbangga-bangga, tetapi bermaksud untuk mencontoh Rasulullah SAW dan para Nabi sebelum beliau, seperti Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Beliau diberi gelar “Abu Dhifan” (Bapak para tamu) karena betapa mulianya beliau dalam menjamu tamu.
Konsep Pendidikan Anak dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif Penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab terhadap QS. Luqman Ayat 12-19) Hasyim, Imam; Hannani, Roniyatul
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 4 No. 2 (2019): Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tauhid merupakan ajaran pertama dan utama yang harus diberikan kepada anak, agar anak mengerti tentang pelajaran akhirat sebelum mengetahui pelajarann tentang keduniaan. Pelajaran tauhid merupakan pondasi utama kehidupan. Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan ajaran etika, jika etika dibatasi dengan sopan santun antar sesama manusia serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Akhlak lebih luas maknanya serta mencakup pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sifat batin atau pikiran. Akhlak diniah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa). Ibadah adalah suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya sebagai dampak dari rasa pengagungan yang bersemai dalam lubuk hati seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia tunduk. Rasa itu hadir akibat adanya keyakinan dalam diri yang beribadah bahwa objek yang kepadanya ditujukan itu memiliki kekuasaan yang tidak dapat terjangkau hakikatnya.