The escalating ecological crisis driven by capitalist expansion has prompted new approaches to environmental activism, including those rooted in religious traditions. In Indonesia, structural failures in natural resource governance have further marginalized rural communities, prompting faith-based responses. This research explores how the Front Nahdliyyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) strategically mobilizes religious identity and cultural practices to advance ecological justice. Using a qualitative, descriptive-interpretative method, the research gathers data through library research and online ethnographic observation, including organizational publications and digital media. Analysis combines interpretive tracing of ecotheological thought and descriptive mapping of FNKSDA's advocacy strategies. The findings show that FNKSDA integrates progressive Islamic values with Nahdliyyin cultural traditions, including pesantren, silaturahmi, and istighāthah, to build grassroots solidarity and mobilize resistance. Religious identity functions not only as a moral framework but also as a strategic resource in socio-ecological movements. The implication of this research is that religious traditions can play a transformative role in environmental activism, offering alternative frameworks of resistance beyond secular and legal-political approaches. Krisis ekologi yang semakin meningkat akibat ekspansi kapitalisme telah mendorong lahirnya pendekatan-pendekatan baru dalam aktivisme lingkungan, termasuk yang berakar pada tradisi keagamaan. Di Indonesia, kegagalan struktural dalam tata kelola sumber daya alam semakin meminggirkan komunitas pedesaan, sehingga mendorong munculnya respons berbasis agama. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana Front Nahdliyyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) secara strategis memobilisasi identitas keagamaan dan praktik budaya dalam memperjuangkan keadilan ekologis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif-interpretatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan observasi daring terhadap publikasi FNKSDA dan media digital. Analisis dilakukan dengan menelusuri pemikiran ekoteologis FNKSDA secara interpretatif serta memetakan strategi advokasinya secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa FNKSDA mengintegrasikan nilai-nilai Islam progresif dengan tradisi budaya Nahdliyyin—termasuk pesantren, silaturahmi, dan istigasah—untuk membangun solidaritas akar rumput dan mengorganisasi perlawanan. Identitas keagamaan tidak hanya berfungsi sebagai kerangka moral, tetapi juga sebagai sumber daya strategis dalam gerakan sosial-ekologis. Implikasi penelitian ini adalah bahwa tradisi keagamaan memiliki potensi transformatif dalam aktivisme lingkungan, menawarkan kerangka perlawanan alternatif di luar pendekatan sekuler dan politik-hukum.