ABSTRAKPada Maret 2015, Republika sebagai salah satu media Islam, meliput Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang memblokir 22 situs Islam karena dianggap menyebarkan paham-paham radikal dan membahayakan keutuhan NKRI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana HU Republika menyusun, merumuskan, menulis, dan menekankan fakta pada pemberitaan tentang pemblokiran media Islam. Melalui metode kualitatif, dengan pendekatan framing model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki, ditemukan hasil bahwa Republika menentang keputusan BNPT dan Kemenkominfo yang memblokir situs-situs ini secara sepihak. Dari data yang dianalisis pula, diperoleh indikasi bahwa Republika memaknai keputusan BNPT yang menyatakan 22 situs Islam ini sebagai situs berkonten radikal adalah keputusan yang salah. Republika yang sebagian besar pembacanya adalah kalangan umat Islam turut tergugah sensitifitasnya ketika meliput isu yang berhubungan dengan umat Islam.Kata Kunci: media; media Islam; pemblokiran; radikalisme ABSTRACTIn March 2015, Republika as one of the Islamic media, covered the National Counterterrorism Agency (BNPT) which blocked 22 Islamic sites because they were deemed to be spreading radical ideas and endangering the integrity of the Republic of Indonesia. The aim of this research is to find out how HU Republika compiles, formulates, writes and emphasizes facts in reporting about the blocking of Islamic media. Through qualitative methods, using the Zhongdang Pan and Gerald M Kosicki framing model approach, the results were found that Republika opposed the decision of the BNPT and the Ministry of Communication and Information to unilaterally block these sites. From the data analyzed, indications were obtained that Republika interpreted the BNPT's decision to declare these 22 Islamic sites as sites with radical content as a wrong decision. Republika, whose readers are mostly Muslims, was also triggered its sensitivity when covering issues related to Muslims.Keywords: media; Islamic media; blocking; radicalism