Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Film: Memperlicin Jalan Dakwah Muhtadi, Asep Saeful
Prophetica Vol 1, No 1 (2009)
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Film can be catogerized as one of the many communications media because its function to deliver a message. Furthermore, of course film can be one of the most important media in dakwah activities. As a engineered audio-visual media, film can be a potential media to transform religious messages. Therefore, it is undoubtedly that the presence of film not only as solely entertainment, but also can be full of values message, in this case, dakwah Islam.
Strategi komunikasi terapeutik dalam pengobatan korban kekerasan seksual Encep Dulwahab; Yeni Huriyani; Asep Saeful Muhtadi
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 8, No 1 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.067 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v8i1.21878

Abstract

Tindak kekerasan seksual setiap tahunnya mengalami peningkatan, baik daerah perkotaan maupun pedesaan, menunjukkan kondisi yang memprihatinkan. Berbagai strategi dilakukan dalam mengatasi kekerasan seksual pada korban agar bisa segera pulih. Strategi yang dipakai di antaranya mempraktikkan komunikasi terapeutik para relawan dan pendamping dalam melakukan rehabilitasi para para korban kekerasan seksual. Dengan menggunakan metode studi kasus, teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan observasi, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu tentang strategi komunikasi terapeutik yang dilakukan tim relawan dalam pengobatan korban kekerasan seksual. Penelitian ini menghasilkan beberapa catatan penting mengenai strategi komunikasi terapeutik yang dilakukan tim relawan dan pendamping, yaitu melakukan komunikasi terapeutik secara bertahap kepada korban, dan setiap tahapannya memiliki tindakan-tindakan yang berbeda, namun tetap berkesinambungan antara tindakan yang satu dengan tindakan yang lainnya. Tahap pertama disebut sebagai tahap prapendampingan dengan melakukan penggalian informasi sebanyak-banyakya mengenai kondisi korban. Penggaliannya dilakukan kepada keluarga dan pihak-pihak yang bisa memberikan informasi akurat, dan setelah terkumpul datanya dilakukan klasifikasi korban. Tahap kedua, yaitu pendampingan, yaitu melakukan pendekatan kepada para korban agar korban terbuka dan percaya pada tim relawan. Tim relawan melakukan cara yang persuasif dan empati pada korban. Tahap ketiga, yaitu pasca pendampingan. Pada tahap ini tim terus melakukan komunikasi sebagai bentuk pemantauan terhadap perkembangan para korban kekerasan seksual. Agar tidak terjadi lagi kekerasan seksual, sebaiknya dilakukan keterbukaan dan keberanian dalam berkomunikasi di lingkungan keluarga maupun lingkungan tempat tinggal, sehingga ada keberanian dari anak yang akan atau menjadi korban kekerasan seksual untuk mengungkapkan apa yang dialaminya.
Functions and Values of Ritual “Larung Sesaji Kelud” in the local Community of Mount Kelud Anam Miftakhul Huda; Atwar Bajari; Asep Saeful Muhtadi; Dadang Rahmat
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 10, No 2 (2017): (Accredited Sinta 3)
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v10i2.2744

Abstract

Larung sesaji kelud is a customary ritual that has a crater of Mount Kelud. It is a traditional Javanese cultural ceremony. This ceremony is held every month Suro (Javanese calendar). This ritual is held in the Sugihwaras Village, Ngancar District, Kediri. This research uses qualitative method. Qualitative method is a research procedure that produces descriptive data in the form of written or oral data of the people observed. The data in this research are the result of interview with informant and act of perpetrator of ceremony. Larung sesaji means to reject the oath of Lembu Suro vaunted by Goddess Kilisuci. “Yoh, Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping-kaping, yaiku Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, lan Tulungagung dadi kedung " besides this sacred ritual as a form of gratitude to the god as a ruler, and also to reverence to the ruler of Mount Kelud. Larung sesaji Kelud as cultural preservation has spiritual values, as well as tourism asset so it can improve the economy of the surrounding community.
Strategi rebranding hubungan masyarakat LAZISNU pada upaya pengentasan kemiskinan di Jawa Barat Hoerul Umam; Muhammad Yusuf Wibisono; Dadang Kahmad; Asep Saeful Muhtadi
PRofesi Humas Vol 6, No 2 (2022): PRofesi Humas Accredited by Kemenristekdikti RI SK No. 10/E/KPT/2019
Publisher : LP3 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/prh.v6i2.35288

Abstract

Kemiskinan masih menjadi masalah di Indonesia. Sementara itu, pengelolaan zakat dapat menjadi kekuatan masyarakat untuk pengentasan kemiskinan di negeri berpenduduk mayoritas Islam ini. Di Indonesia sendiri memang sudah ada beberapa badan atau organisasi yang bertanggungjawab dalam mengumpulkan dan mengelola zakat salah satunya adalah lembaga zakat milik Nahdlatul Ulama. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis implementasi program pengentasan kemiskinan di Jawa Barat melalui zakat yang dilakukan oleh lembaga filantropi Islam LAZISNU (Lembaga Zakat Infaq Sodaqoh Nahdlatul Ulama). Sumber data penelitian ini adalah tokoh-tokoh yang dianggap penting dari NU-Care LAZISNU Jawa Barat. Kepada mereka dan kantor mereka diadakan pengamatan, wawancara, dan pengumpulan dokumen sebagai langkah-langkah pengumpulan data. Data kemudian dianalisis dengan model interaktif dari Miles dan Huberman, yaitu dengan cara pereduksian, penyajian, dan penyimpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum lahirnya LAZISNU, filantropi NU (Nahdlatul Ulama) awalnya terpusat pada peran kiai dan pesantren sehingga tidak bisa dilepaskan dari praktik wakaf yang berasal dari keluarga kiai maupun bantuan dari masyarakat sekitar baik dalam bentuk zakat, infaq, maupun sedekah. Namun demikian, masyarakat belum terbiasa dengan perilaku filantropi tersebut dari segi kelembagaan. Masyarakat selama ini lebih percaya pada perorangan untuk menitipkan dermanya. Di sinilah perlunya upaya-upaya pengembangan program filantropi menjadi sebuah perilaku yang memasyarakat. Kajian ini memperlihatkan upaya-upaya tersebut di lingkungan Nahdlatul Ulama Jawa Barat dengan cara melakukan rebranding pada lembaga zakat, infaq, dan sedekahnya.
Strategi Indosat Mempertahankan Pelanggan melalui Customer Relationship Management novrianti hasri; Asep Saeful Muhtadi; Dono Darsono
Reputation: Jurnal Hubungan Masyarakat Vol 1 No 2 (2018): Humas: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/reputation.v1i2.302

Abstract

Customer Relationship Management suatu solusi yang menerapkan investasi teknologi informasi masa kini, perusahaan dapat memahami siapa pelanggan, apa yang mereka butuhkan, sehingga perusahaan dapat mempertahankan pelanggan yang setia. Tujuan penelitian menggambarkan mengenai Indosat Ooredoo menciptakan sebuah program/produk mendapatkan customer baru (new suscribre), cara Indosat Ooredoo memperluas hubungannya dalam jangka panjang dan jangka pendek, cara Indosat Ooredoo dalam mengukur cara kerja CRM sehingga terciptanya customer value. Konsep yang digunakan adalah konsep Customer Relationship Management dari Fandy Tjiptono. Landasan penelitian ini berpijak pada konsep customer relationship management yang mengacu kepada strategi dan pelanggan. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif dan paradigma konstruktivistik, adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan observasi partisipatif.Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan: pertama, Indosat ooredoo menciptakan sebuah program/produk untuk mendapatkan customer baru (new subscriber) melalui identifikasi kebutuhan pelanggan, media informasi dan promosi, analisa kompetitor, pemantauan data komsumsi, dan evaluasi purnabeli. Kedua, Membangun hubungan dengan pelanggan dalam jangka panjang dan jangka pendek dengan pendekatan emosi pelanggan, kualitas pelayanan, kepuasaan pelanggan, loyalitas pelanggan, dan retensi pelanggan. Ketiga, Mengukur cara kerja CRM untuk terciptanya customer value dengan Komunikasi dan profiling pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan, dan mengembangkan potensi pelanggan dari database. Customer Relationship Management is a solution that applies information technology investments today, companies can understand who customers are, what they need, so that the company can maintain loyal customers. The research objective describes Indosat Ooredoo creating a program / product to get new customers (new customers), the way Indosat Ooredoo extends its relationship in the long term and short term, the way Indosat Ooredoo measures how CRM works to create customer value. The concept used is the concept of Customer Relationship Management from Fandy Tjiptono. The foundation of this research rests on the concept of customer relationship management which refers to strategies and customers. This research was conducted using a case study method with a qualitative approach and constructivist paradigm, while the data collection techniques carried out in this study were in-depth interviews and participatory observation. Based on the results of the study, the following conclusions were drawn: first, Indosat Ooredoo created a program / product to get new subscribers through identification of customer needs, media information and promotion, competitor analysis, monitoring consumer data, and post-sale evaluation. Second, building relationships with customers in the long and short term with the customer's emotional approach, service quality, customer satisfaction, customer loyalty, and customer retention. Third, Measure the way CRM works to create customer value by communicating and profiling customers, understanding customer needs, and developing potential customers from the database.
Radix of Prophetic Communicology: Ethical Perspective of the Qur'an Asep Saeful Muhtadi
Asyahid Journal of Islamic and Quranic Studies (AJIQS) Vol 3, No 1 (2021): Asyahid
Publisher : STAI AL-FALAH CICALENGKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Communication ethics has a signal footing (cue) in the ethical concepts of the Qur'an. These cues show instructions on how to build smarter and more civilized communication ethics which are more popularly called "prophetic communication". This article tries to find the argumentative radix of prophetic communication ethics in the Islamic tradition, especially the Qur'an and the Sunnah of the prophet. Text analysis and historical context are used as approaches and methods in exploring cues related to prophetic communication from Islamic tradition sources. The results show that prophetic communication cues get a foothold in the tradition of Islamic texts that can improve communication theories that develop in the West which are more oriented towards communication humanism by denying ethical and moral values which are also the natural basis of humans (sunnatullah). Several ethical concepts, such as qaul with its various conditional attributes, are revealed as evidence of these ethical cues through an interpretive approach. Likewise, its history is revealed in various forms and roles, including the role and involvement of God as an element of communicators (communicators).Keywords: prophetic communication, Qur'an ethics, qaul, and sunnah (tradition) AbstrakEtika komunikasi memiliki pijakan signal (isyarat) dalam konsep-konsep etik Qur’an. Isyarat tersebut menunjukan adanya petunjuk bagaimana membangun etika komunikasi yang lebih smart dan beradab yang lebih populer disebut ”komunikasi profetik”. Artikel ini mencoba mencari akar argumentatif etika komunikasi profetik dalam tradisi Islam, terutama Qur’an dan Sunah nabi. Analisis teks dan konteks historis digunakan sebagai pendekatan dan metode dalam menggali isyarat-isyarat terkait komunikasi profetik dari sumber-sumber tradisi Islam. Hasilnya menunjukan bahwa isyarat komunikasi profetik mendapat pijakan dalam tradisi teks Islam yang dapat memperbaiki teori-teori komunikasi yang berkembang di Barat yang lebih berorientasi pada humanisme komunikasi dengan menafikan nilai-nilai etik dan moral yang juga menjadi landasan natural manusia (sunnatullah). Beberapa konsep etik, seperti qaul dengan ragam atribut kondisionalnya diungkap sebagai bukti isyarat-isyarat etik tersebut melalui pendekatan tafsir. Begitu juga historisnya diungkap dalam ragam bentuk dan peran, termasuk peran dan keterlibatan Tuhan sebagai elemen pelaku komunikasi (komunikator).Kata kunci: Komunikasi Profetik, etik qur’an, qaul, dan Sunnah (tradisi).
Elit Agama dan Gerakan Sosial Pada Masyarakat Cirebon Ahmad Zamakhsyari; Asep Saeful Muhtadi
Empower: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/empower.v5i2.7244

Abstract

AbstractReligious sosial movements can occur in any context in society. Space and time influence the orientation, patterns and strategies used. The complexity of society demands the development of a movement that is relevant to the conditions and needs of society. Religious socio-movements must be able to innovate and be creative in the context of adapting to the complex sosial situations of society. Innovations and creations of religious elites make socio-religious contributions able to take place in various sosial and institutional spaces.This research is focused on the problem of dynamics in Cirebon society, from spiritual, sosial, economic, moral and political issues, therefore the role of religious elites in driving, not only religious elites as kyai, Islamic boarding schools but also religious elites as community guides, Developers who are able to synergize in all circles in moving the religious sosial in society.This research is a type of field research research using a qualitative exploratory approach as the method. The collection of data and information was carried out by means of observation, interviewing and documentation of respondents using purposive and snowball sampling techniques for further processing of data findings and theoretical analysis using Actor Theory in the Talcot Parsons sosial system and supported by Anthony Giddens' theory with sosial movements.The findings of this study include the first, religious elites in Cirebon are not only Kyai, teachers of the Koran in Islamic boarding schools but also movers in Cirebon society. also driven by changes in society in the religious, sosial, economic, political and moral sectors of the Cirebon community. second, the existence of religious elites as sosial activists in society. Then, there is a synergy between religious elites and entrepreneurs in Cirebon in sosial movements, supported by the Cirebon people who are open to everything. Third, the implications of sosial movements carried out by religious elites. Achieving a contribution and community independence on sosial, political, economic and moral issues in society.AbstrakGerakan sosial keagamaan bisa terjadi dalam konteks apapun dalam masyarakat. Ruang dan waktu mempengaruhi orientasi, pola, dan strategi yang digunakan. Kompleksitas masyarakat menuntut pengembangan gerakan yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Gerakan sosial keagamaan harus mampu berinovasi dan berkreasi dalam rangka adaptasi dengan situasi sosial masyarakat yang kompleks. Inovasi dan kreasi Elit agama menjadikan Kontribusi sosial keagamaan bisa berlangsung dalam ruang sosial dan kelembagaan yang beragam.Penelitian ini difokuskan pada persolan Dinamika Dalam Masyarakat Cirebon, Dari Persoalan Spritual,Sosial, Ekonomi, Moral dan Politik,Karena Itu peran Elit Agama dalam sebagai Penggerak, bukan saja Elit Agama sebagai Kyai, punya Pesantren akan tetapi Juga Elit agama Juga sebagai Pembimbing Masyarakat, Pengembang Yang sanggup mensinergikan Pada semua kalangan dalam Menggerakan Sosial Keagamaan pada Masyarakat.Penelitian ini termasuk jenis penelitian field research dengan menggunakan pendekatan kualitatif eksploratif sebagai metodenya. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi terhadap responden dengan teknik purposive dan snowball sampling untuk selanjutnya dilakukan pengolahan temuan data dan analisis teoritik dengan menggunakan Teori Actor dalam sistem sosial Talcot Parsons dan di dukung Teori Anthony Giddens dengan Gerakan sosial.Adapun temuan penelitian ini di antaranya pertama, Elit agama di Cirebon Bukan hanya Kyai, Guru Ngaji di Pesantren Melainkan Penggerak di Masyarakat Cirebon. juga dorong oleh perubahan Masyarakat Pada bidang keagamaan, Sosial, Ekonomi, Politik juga Moral Masyarakat Cirebon. kedua, Adanya Elit agama Sebagai Penggerak Sosial dalam Masyarakat. Kemudian, Adanya Sinergitas elit Agama Dengan Para Pengusaha di Cirebon dalam Gerakan Sosial, Di dukung dengan masyarakat Cirebon yang Terbuka dalam segala Hal. Ketiga, Implikasi dari Gerakan sosial yang di lakukan elit agama Tercapainya satu Kontribusi dan Kemandirian masyarakat pada persoalan sosial, politik, ekonomi dan moral bermasyarakat.
Symbol Reinterpretation as a Motivation for Integration of Chinese Muslim Ethnic Identity Ghofar Taufik; Asep Saeful Muhtadi; Munir Munir; Dody S. Truna
Khazanah Sosial Vol 4, No 3 (2022): Khazanah Sosial Vol 4, No 3 October 2022
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.37 KB) | DOI: 10.15575/ks.v4i3.17405

Abstract

This study focuses on research with a phenomenological approach regarding the symbolic meaning of the ethnic Chinese Muslim identity at the Lautze 2 Mosque in Bandung City, which focuses on concluding the meaning of ethnic symbols in Chinese New Year as a means to integrate in the form of friendship and participation with the Chinese extended family; the meaning of Ethnic Symbols in Feng Shui which is still used and believed among Chinese Muslims; the meaning of the ethnic symbols in the lion dance which is still preserved as an art in various Chinese performances and endeavors; and the meaning of ethnic symbols in the Lucky Cat, which is still practiced in some Chinese Muslim circles, and is valued as part of the wisdom of the Chinese ancestor.  The study attempted to remain integrated with a more significant initial ethnic identity. For Chinese Muslims, family ties or relatives are essential in maintaining friendly relations, and believing Islam is the teachings of rahmatan lil 'alamiin. In addition, there is a reinterpretation of the symbols of Chinese ethnicity as a form of strengthening the identity of the Chinese Muslim ethnic group. This study can be used as theoretical knowledge in the form of theoretical conception to enrich the theories of the study of religions to assess the religious phenomenon associated with symbols of ethnic identity and religious identity, even acculturation between newcomers and natives. In addition, practically from the research, it is suggested to be an academic consideration for various government policies to build inter-religious harmony and harmony between ethnicities and groups, especially regarding religious conversion and belief and taboo issues in Indonesia.
Radikalisme Agama, Tinjauan Sosial Politik Asep Saeful Muhtadi
Socio Politica : Jurnal Ilmiah Jurusan Sosiologi Vol 8, No 1 (2018): Jurnal Socio-Politica
Publisher : FISIP UIN SGD Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.027 KB) | DOI: 10.15575/socio-politica.v8i1.3486

Abstract

This article examines some phenomena of religious radicalism ended in violence and frequently caused massive physical and psychological victims. The phenomena of radicalism could be analyzed involving various variables, like social, political, economic, including cultural variables. The tragedy of Cikeusik was a kind of violence emerged from subjective religious interpretation, exclusivism, and external political situation. Outside those factors, the weak of the “state” in preventing conflicts and being a significant contributor.
Cultivating the Values of Communication Ethics in Madrasah Munifah Munifah; Muhibbin Syah; Asep Saeful Muhtadi; Nanat Fatah Natsir
Jurnal Impresi Indonesia Vol. 3 No. 8 (2024)
Publisher : Riviera Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58344/jii.v3i8.5407

Abstract

this study is motivated by the current symptoms of moral decline, such as poor communication occurs among vulnerable adolescents with emotional traits. Many facts in society prove that wrong or incorrect communication will give birth to various immoral behaviors, fights, brawls, and various negative things that arise due to communication that does not care about ethics. This study uses a qualitative approach with descriptive analytical methods. The method of data collection in this study used in-depth interviews and supported by observation and documentation data. The results of this study indicate that: planting the value of communication ethics in the four MTs Banjar has been done through polite, courtesies, and greetings, both inside and outside the madrasah. So that it becomes a daily habit with the aim to improve the morale, and mental learners but not maximal. Therefore, instilling an understanding of communication ethics to students is very important so that they know how good communication ethics when communicating in terms of behaving and speaking appropriately.