Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

TRANSFORMASI KWITANG : MENUJU PEMULIHAN IDENTITAS MELALUI PENDEKATAN ARSITEKTUR PROGRAMATIK Rozy, Davis; Sutanto, Agustinus
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 2 (2024): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i2.30869

Abstract

Kwitang, a neighborhood in Central Jakarta, is famous for its pencak silat skills and for being a hotspot for book lovers. Before Kwitang became known as a legendary book center, in 1953, the area was still quiet due to the lack of activity. The situation changed when Toko Buku Kwitang 13 and book carts arrived, attracting children and making the area lively. However, change came with the local government's crackdown which led to the dispersal of traders and a decline in book sales. The Kwitang area struggles to attract buyers also because of the shift in interest to digital formats such as e-books. The existence of disruption 4.0 and declining literacy towards books have reduced the number of visitors, especially during the pandemic. This research uses the documentation method and qualitative descriptive analysis. The programmatic architectural concept approach can redevelop the identity of the Kwitang Area as a literacy and cultural center, and maintain its identity as a lively and dynamic destination for book lovers. It is hoped that with this step, Kwitang Area can become an area attractor and restore the identity that develops and remains relevant in the midst of changing times. This effort involves the addition of modified functions that support social, cultural, and economic interactions, as well as the introduction of various facilities and activities that are relevant to the times. Keywords: Kwitang; 4.0 Disruption; Programatic Architecture Abstrak Kwitang, sebuah kelurahan di Jakarta Pusat, terkenal karena keahlian pencak silat dan menjadi pusat perhatian bagi para pecinta buku. Sebelum Kwitang dikenal sebagai sentra buku legendaris, pada tahun 1953, kawasan ini masih sepi karena minimnya aktivitas. Situasi berubah ketika Toko Buku Kwitang 13 dan gerobak buku hadir, menarik minat banyak anak dan menjadikan kawasan tersebut ramai. Namun, perubahan terjadi dengan adanya penertiban oleh pemerintah daerah yang menyebabkan penyebaran pedagang dan penurunan penjualan buku. Kawasan Kwitang kesulitan menarik pembeli juga karena adanya pergeseran minat ke format digital seperti e-book. Adanya disrupsi 4.0 dan menurunnya literasi terhadap buku telah mengurangi jumlah pengunjung, terutama selama pandemi. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan analisis deskriptif kualitatif. Adanya pendekatan konsep arsitektur programatik dapat mengembangkan kembali identitas Kawasan Kwitang sebagai pusat literasi dan budaya, serta mempertahankan identitasnya sebagai destinasi yang ramai dan dinamis bagi pencinta buku. Diharapkan dengan langkah ini, Kawasan Kwitang dapat menjadi atraktor kawasan dan mengembalikan identitas yang berkembang dan tetap relevan di tengah perubahan zaman. Upaya ini melibatkan penambahan fungsi-fungsi termodifikasi yang mendukung interaksi sosial, budaya, dan ekonomi, serta pengenalan berbagai fasilitas dan kegiatan yang relevan dengan perkembangan zaman.