Glodok is a Chinatown area that has been established since the 17th century, located in Taman Sari Village, West Jakarta. The name Glodok comes from the word 'Golodog' which means the entrance to the Sunda kingdom before it was controlled by the Dutch. The Glodok area itself is famous as a trading area that sells wholesale goods ranging from electronics, textiles, culinary delights and even traditional Chinese medicine which has been around since the early 18th century. One example is Glodok Market, which is the largest electronics market in Jakarta and known to all Indonesian people as a center for wholesale electronic goods and has become one of the wheels of the economy in Jakarta in its era. This legendary electronics market, which has been around since 2001, is starting to fade to the point of almost closing, especially since the emergence of the e-commerce market and the Covid-19 outbreak. There is also a reason why Glodok Market cannot compete because the function and space program is very homogeneous and there is no new and fresh innovation. The aim of this research is to revive Glodok Market with new innovations and more heterogeneous programs, so that visitor interest can return. It is hoped that qualitative and quantitative approaches, through the Re-design design concept that will be applied to this building, can provide new and innovative program variations. Keywords: heterogeneous; innovation; market Abstrak Glodok merupakan kawasan pecinan yang telah berdiri sejak abad ke 17, yang berada pada Kelurahan Taman Sari, Jakarta Barat. Nama Glodok berasal dari kata ‘Golodog’ yang memiliki arti pintu masuk kerajaan Sunda sebelum dikuasai oleh Belanda. Kawasan Glodok sendiri terkenal sebagai kawasan perdagangan yang menjual barang – barang grosiran mulai dari elektronik, tekstil, kuliner bahkan pengobatan tradisional Chinese yang telah berdiri dan sejak awal abad 18. Salah satu contoh adalah Pasar Glodok, yang merupakan pasar elektronik terbesar yang ada di Jakarta dan dikenal seluruh masyarakat Indonesia sebagai pusat barang grosir elektronik dan telah menjadi salah satu roda perekonomian di Jakarta pada era-nya. Pasar elektronik legendaris yang sudah berdiri sejak tahun 2001 ini kian mulai meredup hingga nyaris tutup terlebih lagi sejak adanya pasar e-commerce dan wabah Covid-19. Ada pula alasan mengapa Pasar Glodok tidak dapat bersaing karena fungsi dan program ruang yang sangat homogen serta tidak adanya inovasi yang baru dan segar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghidupkan kembali Pasar Glodok dengan inovasi yang baru serta program yang lebih heterogen, sehingga minat pengunjung dapat kembali. Pendekatan kualitatif dan kuantitatif, melalui konsep perancangan Re-design yang akan diterapkan pada bangunan ini diharapkan dapat memberikan variasi program yang baru dan inovatif.