Penelitian ini membahas dinamika pengasuhan intergenerasional yang dilakukan oleh orang tua lanjut usia dalam keluarga ibu tunggal pekerja. Dalam konteks ini, kakek dan nenek mengambil alih peran pengasuhan anak sebagai respons terhadap ketidakhadiran ibu yang bekerja, terutama sebagai pekerja migran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, yang dilakukan pada satu keluarga di Dusun IV, Desa Ampibabo, Sulawesi Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengasuhan oleh lansia bukan hanya sebatas penggantian peran ibu secara fungsional, melainkan juga menjadi ruang pembentukan nilai, stabilitas emosional, dan spiritualitas anak. Lansia menghadirkan kedekatan emosional melalui rutinitas sehari-hari, meski harus berhadapan dengan keterbatasan fisik dan perbedaan generasi. Mereka menunjukkan kapasitas adaptif yang tinggi, termasuk dalam upaya memahami dunia digital anak. Meskipun pengasuhan ini sarat akan cinta dan keteladanan, tetap ada tantangan psikologis, rasa kehilangan, dan beban fisik yang dirasakan baik oleh anak maupun pengasuh. Namun, hubungan emosional yang terbangun dalam pola pengasuhan ini membentuk fondasi yang kokoh bagi perkembangan karakter anak. Kesimpulannya, pengasuhan intergenerasional dalam keluarga ibu tunggal bukan hanya solusi pragmatis atas absennya ibu, tetapi merupakan praktik sosial yang kaya nilai, memperkuat makna keluarga, dan menjadi ruang transisi nilai lintas generasi.